Kehidupan manusia tidak terlepas dari penderitaan. Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia seringkali diperhadap-kan dengan berbagai macam penderitaan dan peristiwa duka. Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai macam persoalan kehidupannya sehingga terasa begitu berat dan sulit untuk diatasi. Kesulitan mengatasi persoalan dan beratnya penderitaan yang harus ditanggung dapat menimbulkan sikap pesimis, frustasi dan tidak berdaya. Berbagai penderitaan dan peristiwa duka dapat membuat seseorang bersikap menyerah, kalah dan tidak memiliki semangat hidup untuk bangkit dari keterpurukan.
Memasuki Minggu Pra Paska kelima ini, umat diajak untuk belajar percaya pada kuasa Allah yang mampu membangkitkan yang sudah mati dan memberi kekuatan baru untuk tidak menyerah kalah atau terbelenggu oleh berbagai penderitaan dan peristiwa duka.
Melalui bacaan leksionari umat diajak untuk belajar mengatasi berbagai macam penderitaan dan peristiwa duka. Yehezkiel me-ngajak umat untuk berani percaya kepada Allah yang mampu membangkitkan dan menghidupkan kembali pengharapan yang telah sirna. Sama seperti Sang Pemazmur yang melakukan ziarah mohon pengampunan dosa. Ia menyerukan kepada bangsanya supaya bertobat, memiliki sikap percaya dan selalu berharap pada kasih setia dan pengampunan dari Tuhan. Tuhanlah yang akan membebaskan umat-Nya dari segala kesalahan.
Sama seperti Yesus, meskipun banyak persoalan yang harus dihadapi, namun demi menyelamatkan manusia berdosa maka Ia harus menjalani sengsara dan kematian di kayus salib. Ia tidak menyerah kalah dan terbelenggu oleh penderitaan yang dialami-Nya. Ia tetap memilih setia menunjukkan kasih-Nya yang memulihkan kehidupan.
Perikop ini menceritakan kisah Maria dan Marta yang mengalami peristiwa duka karena kematian Lazarus. Kematian tidak hanya menimbulkan kesedihan tetapi bisa menghancur-kan semangat hidup orang yang ditinggalkan. Banyak rencana yang sudah dipersiapkan menjadi gagal. Banyak harapan menjadi sirna karena orang yang dikasihi meninggal dunia. Apalagi jika orang yang mati itu menjadi tumpuan kehidupan keluarga, akan terasa hancur dan tidak berdaya. Seperti itulah gambaran hidup Maria dan Marta terasa hancur dan tidak berdaya karena kematian Lazarus.
Keluarga Lazarus memiliki hubungan yang erat dengan Yesus. Yesus memang mengasihi Marta, Maria dan Lazarus. Itulah sebabnya ketika Lazarus menderita sakit, Maria dan Marta mengirim kabar kepada Yesus dengan harapan Yesus berkenan menyembuhkan Lazarus. Akan tetapi Yesus tidak segera datang ke Betania untuk menyembuhkan Lazarus. Akhirnya Lazarus meninggal dunia. Setelah empat hari Lazarus dimakamkan, Yesus datang ke Betania. Baik Marta maupun Maria merasa kecewa, karena Yesus tidak segera datang. Seandainya Tuhan Yesus segara datang, pasti saudaranya tidak mati, itulah piker mereka
Penderitaan yang membelenggu Maria dan Marta menimbulkan prasangka buruk, kehadiran Yesus dianggap sudah terlambat, tidak ada gunanya lagi. Sebenarnya Yesus sudah mengetahui bahwa Lazarus sudah meninggal dunia. Ada unsur kesengajaan dari Tuhan Yesus, mengapa Ia tidak segera datang menyembuh-kan Lazarus. Hal itu dipakai sebagai sarana kesaksian untuk menunjukkan bahwa Ia berkuasa membangkitkan orang mati supaya para murid dan banyak orang belajar percaya (ay. 14-15). Banyak di antara orang-orang Yahudi yang menyaksikan, apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tindakan Yesus membangkitkan Lazarus bukan hanya menjadi simbol kebangkitan orang mati di masa depan, namun sekaligus juga menjadi simbol pemulihan kehidupan.
Sekalipun tindakan sengaja menunda penyembuhan, disalahpa-hami oleh Maria dan Marta, namun Yesus tetap pada misi-Nya. Sekalipun bayang-bayang kesengsaraan semakin jelas dirasa-kan, hal itu tak membuat belas kasih-Nya luntur. Ia tidak terbelenggu oleh penderitaan, Ia juga tidak lari dari kenyataan pahit yang terjadi dalam hidup-Nya. Yesus tetap hadir menya-takan kasih Allah melalui karya-Nya menghidupkan Lazarus. “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Sikap berani percaya pada kuasa Allah yang membangkitkan hendaknya menjadi spirit bangkit bagi umat. Penderitaan, pergumulan, bahaya, bahkan kedukaan boleh saja datang dan menghampiri hidup manusia. Namun sikap percaya akan pertolongan Tuhan harus selalu dihidupi oleh umat sebab kuasa Allah mampu membangkitkan dan menghidupkan kembali pengharapan yang telah sirna.
Berbagai penderitaan dan peristiwa duka dapat membuat seseorang bersikap menyerah, kalah dan tidak memiliki semangat hidup untuk bangkit dari keterpurukan. Melalui bacaan leksionari umat diajak untuk belajar mengatasi berbagai macam penderitaan dan peristiwa duka. Umat diajak untuk belajar percaya pada kuasa Allah yang mampu membangkitkan yang sudah mati dan memberi kekuatan baru untuk tidak menyerah kalah atau terbelenggu oleh berbagai penderitaan dan peristiwa duka. Roh Allah mampu memberikan spirit, dorongan yang menggerakkan semangat hidup umat, sehingga hidupnya diinspirasi oleh Roh Kristus yang memampukan umat terus berjuang menghadirkan kasih Tuhan yang menghidupkan. Amin.
Firman Tuhan yang indah, Tuhan memberkati