Home » Renungan » Memberitakan Karya Tuhan

Memberitakan Karya Tuhan

(Yohanes 9:1-41)

Hidup manusia sangatlah dinamis, sehingga banyak peristiwa yang harus dialami. Hidup itu juga berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan. Dari sekian banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup bisa menjadi “bahan” untuk ditutur-kan atau diceritakan. Sekalipun tentu perlu adanya seleksi peristiwa mana yang layak untuk dituturkan karena akan memberi dampak bagi siapapun yang menerimanya. Dalam pengha-yatan iman, hidup manusia senantiasa ada dalam campur tangan Tuhan. Maka menuturkan kisah hidup, dalam pengha-yatan iman sama artinya memberitakan karya Tuhan. Di Masa Paska tahun ini kita diajak untuk mengayati pentingnya, memberitakan karya Allah yang dinyatakan dan teranyam dalam sejarah kehidupan manusia dan sekaligus diajak untuk mewartakannya.

Ini adalah kisah penyembuhan atas orang yang buta sejak lahir yang begitu panjang dalam bacaan Yohanes. Diawali dengan pertanyaan sebab akibat dari para murid-murid, yang isi pertanyaannya mencerminkan cara pandang orang pada zaman itu. Banyak orang Yahudi saat itu memiliki cara pandang jika penderitaan termasuk sakit adalah akibat dari dosa yang telah diperbuat. Orang berpikir dimana ada penderitaan di situ pasti ada dosa. Ketika penderitaan dipandang tidak mungkin dilakukan oleh yang bersangkutan (seperti misalnya lahir dalam keadaan cacat), orang Yahudi akan mengaitkan dengan dosa yang dilakukan oleh para pendahulunya. Ketika Tuhan Yesus diperhadapkan dengan cara pandang yang demikian ini melalui pertanyaan murid-murid-Nya, Ia tidak lalu terjebak dan terperangkap dalam pertanyaan serta cara pandang yang umum saat itu. Hal itu terlihat dari jawaban Tuhan Yesus yang tidak menyatakan siapa yang telah berdosa dan menjadi sebab seorang anak lahir buta. Jawaban Tuhan Yesus justru membawa orang jaman itu untuk memiliki paradigma baru terhadap penderitaan. Kalau biasanya ketika ada penderitaan orang sibuk mencari dan menghakimi siapa yang salah dan berdosa. Paradigma baru yang Tuhan Yesus tawarkan adalah memandang dan merespon penderitaan menjadi sarana bagi yang lain untuk menyatakan belas kasih Allah. Penderitaan tidak lagi didekati dengan semangat menghakimi, namun dihadapi dengan menghadirkan rasa peduli, empati, kasih, dan sebagai wujud dari menyatakan pekerjaan Allah. Hal itulah yang Tuhan Yesus kerjakan dengan menyembuhkan orang buta sejak lahir. Dalam peristiwa penyembuhan orang buta yang menjadi melek, juga menjadi cara Tuhan Yesus menegaskan bila Ia adalah terang dunia. Selama terang itu ada di dunia maka pekerjaan Allah harus dinyatakan, dan bagi mereka yang sudah memeroleh anugerah terang selanjutnya diutus untuk menyatakan pekerjaan Allah.

Reaksi pro-kontra serta perdebatan terjadi sebagai reaksi atas sembuhnya si buta sejak lahir, baik di kalangan orang Farisi maupun orang-orang Yahudi pada umumnya (pun di antara para tetangga yang mengenalnya) karena penyembuhan itu terjadi pada hari Sabat. Di tengah sikap pro-kontra dan perdebatan terhadap kesembuhannya, dengan teguh ia menyatakan “Benar, akulah itu”. Bahkan ia menyatakan bahwa Yesus adalah Nabi. Orang tua si sakit tidak berani memberikan penyataan yang lebih dari sebatas mengakui bahwa anaknya memang lahir buta, sedang proses bagaimana dia sembuh, orang pada saat itu disuruh tanya sendiri karena anaknya sudah dewasa. Bersamaan itu narator memberi penjelasan ada unsur ketakutan dari orang tua si sakit untuk menyatakan bila Yesus adalah Mesias. Dari hal yang dilakukan oleh orang tua si sakit, memberikan pesan bahwa setiap orang dewasa punya tanggung jawab memberitakan karya Yesus, seperti yang di alami dalam kehidupannya. Meski ketika seseorang memberitakan karya Yesus itu mengandung risiko penolakan dan dikucilkan. Si sakit pun mengalami interogasi dan tekanan yang berkelanjutan. Amin.

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja