Home » Renungan » Kuduslah, Sebab Aku Kudus

Kuduslah, Sebab Aku Kudus

Matius 17:1-9

Salah satu dari sekian banyak panggilan hidup beriman adalah berkaitan dengan kekudusan. Meski demikian. Di satu sisi, kekudusan acap menjadi standar yang ditetapkan bagi manusia yang berelasi dengan Tuhan. Namun, di sisi lain, kekudusan dipandang sebagai sebuah kemustahilan di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia. Undangan Yesus bagi tiga orang murid untuk menjadi saksi peristiwa transfigurasi memberikan pemahaman baru mengenai kekudusan, yang memengaruhi cara manusia berelasi dengan Tuhan, termasuk di dalam hidup beriman beserta dengan segala macam hal yang menyertainya. Oleh karena itu, perlu ada pemaknaan ulang akan kekudusan di dalam upaya untuk memahaminya sebagai cara

Tuhan untuk menyapa manusia. Kekudusan perlu dipahami dalam kerangka anugerah Tuhan kepada manusia. Selanjutnya, orang yang menerimanya diajak untuk mewujudkannya dalam kehidupan bersama dengan sesama.

Kisah transfigurasi (perubahan rupa/bentuk) ini menarik karena Yesus memberikan kekhususan kepada tiga orang murid-Nya untuk menjadi saksi peristiwa agung tersebut. Pemilihan ketiga orang ini hendak menunjukkan otoritas Yesus atas manusia. Yesus sendiri yang mengajak mereka dan memberikan kesempatan untuk menyaksikan peristiwa transfigurasi. Respons Petrus sebenarnya bisa dipahami sebagai ungkapan kebahagiaan atas peristiwa yang dilihatnya. Ungkapan itu bisa dilihat sebagai reaksi yang alamiah dan bisa dimaknai secara positif sebagai Petrus yang ingin bersyukur. Akan tetapi, Tuhan tidak mengizinkan adanya kebanggaan manusia di dalam perjumpaan dengan Tuhan. Tuhan menghendaki ketaatan dan ketundukan dari manusia yang diberi-Nya kesempatan untuk datang kepada-Nya. Memang di titik ini bisa jadi muncul pandangan mengenai Tuhan yang otoriter, tetapi justru melalui hal inilah otoritas Tuhan dinyatakan. Kehendak manusia sama sekali tidak memiliki tempat di dalam perjumpaan dengan Tuhan, tetapi kehendak manusia itu harus ditempatkan di dalam kesadaran akan kehendak Tuhan. Pada bagian ini Petrus, Yohanes, dan Yakobus mendapatkan pembelajaran tentang cara yang benar untuk berelasi dengan Yesus. Khusus bagi Petrus, peristiwa ini meneguhkan pengakuannya akan Yesus (16:16), juga atas karya Yesus yang disaksikannya pada masa mendatang.

Pesan yang hendak disampaikan adalah bahwaundangan kepada sebagian murid untuk menyaksikan transfigurasi menjadi dasar untuk percaya pada kuasa Yesus, sekaligus memberikan pemahaman bahwa Yesuslah yang menganugerahkan kekudusan dan kemampuan kepada manusia untuk berkarya bagi Tuhan.

Dalam kehidupan beriman, kekudusan sering kali dipahami sebagai syarat untuk dapat datang kepada Tuhan. Syarat ini diwujudkan dalam berbagai tindakan, baik menolak maupun melakukan hal-hal tertentu. Namun, tanpa pemahaman yang tepat, laku hidup kudus dapat berbuahkan dua hal pemahaman negatif. Pertama, orang yang merasa suci akan datang dengan kesombongan. Kedua, orang yang merasa tidak suci memilih untuk menjauh atau malah tidak datang kepada Tuhan

Pewartaan hari ini diarahkan untuk mengajak umat tiba pada pemahaman bahwa kekudusan adalah semata-mata milik Tuhan dan dianugerahkan kepada orang-orang pilihan-Nya dalam rangka menumbuh-kembangkan serta menyebarluaskan panggilan kekudusan tersebut. Di titik inilah, orang beriman perlu membangun kesadaran akan anugerah kekudusan yang sudah diterima dari Tuhan dalam rangka hidup beribadah kepada Tuhan bersama dengan sesama. Amin.

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja