Home » Renungan » Bertumbuh Dalam Kasih Allah Dan Sesama

Bertumbuh Dalam Kasih Allah Dan Sesama

( Lukas 2 : 41-52 )

Sebagai orang beriman, kita patut bersyukur karena Tuhan menempatkan kita di tengah bangsa yang beragam yang memiliki ideologi pemersatu. Pancasila menjadi pengikat yang penting untuk menjaga bangsa ini tetap melanjutkan kehidupan di tengah segala perbedaan. Pancasila menempatkan sila pertama “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai awal dari rangkaian pengharapan bersama para anak bangsa. Bagi orang beriman, “Ketuhanan Yang Mahaesa” mengajak kita untuk memahami dengan tepat identitas kita selaku orang-orang yang dikuduskan dan dikasihi Tuhan. Orang-orang yang dianugerahi relasi khusus dengan Tuhan, bahkan disebut sebagai anak-anak Allah. Pemahaman identitas ini mendorong kita untuk melakukan pilihan-pilihan sikap dalam rangka turut serta mewujudkan kehidupan berbangsa yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berhikmat dan bijaksana dalam bermusyawarat, serta yang berkeadilan sosial. Orang-orang yang beriman diajak untuk bertumbuh dalam kasih Allah, sekaligus pada waktu yang sama bertumbuh dalam kasih kepada sesama. Perspektif pada diri sendiri dan pandangan dari orang lain tidak seharusnya melemahkan semangat orang beriman untuk bertumbuh membagi kasih. Melalui pemberitaan firman pada hari ini, warga gereja diharap mengerti makna identitas diri sebagai orang-orang yang dikasihi Allah dan sesama. Atas dasar pemahamannya itu warga gereja diajak untuk hidup dengan identitas diri sebagai manusia baru di tengah kebhinnekaan Indonesia. Selamat bertumbuh dalam kasih Allah dan sesama di bumi Pancasila.

Catatan mengenai apa yang dilakukan oleh Yesus muda ini hanya ada dalam Injil Lukas. Ini menarik karena penulis Lukas menaruh perhatian pada pertumbuhan Yesus muda, terkait dengan relasi-Nya di tengah orang-orang Yahudi. Pada masa itu seorang laki-laki baru dianggap dewasa setelah umur 30 tahun. Dewasa dalam artian dipercaya memiliki tanggung jawab pribadi dan memiliki posisi tawar yang seimbang di tengah masyarakat.

Sebelum itu seorang laki-laki tetaplah dianggap anak-anak dan belum diakui keberadaannya di tengah kehidupan bersama. Namun Lukas mencatat bahwa Yesus muda sudah mulai menunjukkan siapa diri-Nya di tengah bangsa Yahudi. Yang dilakukan Yesus mula-mula adalah menunjukkan identitas-Nya sebagai orang yang “dekat” dengan Tuhan, bahkan mengklaim bahwa Ia sedang dalam rangka “mendekat” kepada Bapa-Nya. Yesus menunjukkan suatu kualitas orang yang dekat kepada Tuhan dan mendatangkan dampak positif bagi orang-orang lain. Usia muda (dalam perspektif Yahudi) tidak menghalangi Yesus untuk menunjukkan siapa diri-Nya dan apa yang bisa dilakukan-Nya sebagai orang yang dekat dengan Tuhan. Yesus hendak memberikan contoh bagaimana pertumbuhan iman dan hikmat bisa selaras, selanjutnya mendatangkan kasih baik dari Tuhan maupun dari sesama. Menghayati peristiwa Yesus itu kita menemukan pesan khusus yaitu dainggap sebagai orang dalam kekurangan, kekerdilan, tidak dianggap, dsb bukan sebuah alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Kesadaran akan identitas dan pilihan sikap yang tepat akan menghasilkan kasih baik dari Tuhan maupun sesama.

Sebagai orang percaya, pengikut Kristus wajib menundukkan diri pada otoritas Allah dan menyadari bahwa dirinya sudah menjadi manusia baru. Identitas yang baru itu harus diwujudkan dalam bentuk mendatangkan kebenaran dan kebaikan Allah dalam kehidupan bersama. Identitas yang baru itu harus diwujudkan dalam bentuk mendatangkan kebenaran dan kebaikan Allah dalam kehidupan bersama. Dalam bangsa yang plural ini, orang percaya diajak untuk menyadari “siapa dirinya” dan “apa panggilannya”. Hal ini berarti orang percaya tidak boleh hanya melihat dirinya dan terpengaruh oleh keadaan sekitarnya, tetapi kesadaran identitas selaku orang percaya itu harus berbuahkan pilihan-pilihan sikap hidup yang menghadirkan kasih Allah dalam kehidupan bersama. Pancasila sebagai ideologi bangsa menempatkan “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai sila pertama yang mengawali keempat sila lainnya mewujudkan kehidupan berbangsa yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berhikmat dan bijaksana, serta yang berkeadilan sosial. Sebagai orang percaya yang juga menjadi anak bangsa Indonesia, ideologi Pancasila dimaknai sebagai panggilan untuk hidup bertumbuh dalam kasih Allah dan sesama anak bangsa. Amin.

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Renungan Harian Online : Setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat jam 05.00 WIB di Channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul

PA/PD Online : Setiap hari Kamis jam 16.00 WIB di Channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul

Sekolah Minggu Online : Setiap hari Minggu jam 09.00 WIB via Zoom

Persekutuan Remaja Online : Setiap hari Sabtu jam 16.00 WIB di Channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul

Latihan Macapat : diliburkan

Persekutuan Doa Pagi : diliburkan

Kelas Katekisasi : dimulai pada bulan April 2022