Home » Bahan PA » Materi PA 3-8 Desember 2018 ( Minggu Adven I)

Materi PA 3-8 Desember 2018 ( Minggu Adven I)

WAKTU UNTUK MERINDU

1. Pengantar
Masa Adven adalah waktu persiapan untuk penantian suatu kedatangan. Didalamnya terdapat penantian ganda. Pertama adalah masa untuk memersiapkan diri menyambut Natal kelahiran Yesus Kristus. Dan kedua, masa untuk memersiapkandiri menyambut kehadiran Tuhan Yesus kembali, yang kedua kali. Telah sejak dahulu kala, gereja mengungkapkan kerinduannya akan kedatangan Tuhan pada masa Adven ini.

Dengan persiapan yang cukup tentu hasilnya akan sangat berbeda jika dibanding tanpa dipersiapkan. Persiapan dalam masa Adven bagaikan upaya memantaskan diri ketika hendak bepergian untuk suatu perjumpaan yang membahagiakan. Sambil membayangkan pertemuan yang telah sekian lama senantiasa diharapkan, kita berdandan. Sesungguhnya, bukan hanya pertemuan yang telah dibayangkan itu saja yang memiliki makna, proses dalam berdandan diri juga bermakna. Maksudnya, Natal sebagai peristiwa Allah hadir dalam bayi Yesus menjumpai umat manusia itu bermakna. Namun proses ber-adven dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya juga memiliki makna yang tidak kalah dalam dan kaya.

Tentu saja, setiap pemaknaan tidak dapat dilepaskan dari konteksnya. Demikian pula, ketika kita selaku gereja memasuki masa Adven, tidak dapat dilepaskan dari konteks ke-Indonesia-an kita sebagai bangsa yang sedang merindui damai sejahtera nan merata, sembari sesekali ditingkahi kabar hoaks, korupsi, radikalisme, terorisme, narkoba, perdagangan manusia, menguatnya sentimen keagamaan dan identitas primordial, dll.

Harapannya, dengan memasuki masa Adven, selain lebih siap juga dimampukan untuk menambah daya bagi perjuangan mewujudkan damai sejahtera Allah di bumi Indonesia.

2. Berbagi Pengalaman

Silahkan bagikan pengalaman Anda dan diskusikan dengan singkat:
a. Persiapan apakah yang Anda lakukan di rumah, gereja atau tempat kerja dalam rangka menyambut Natal?
b. Bagaimanakah perasaan Anda ketika melakukan itu, senang atau seneb?
c. Apa yang Anda pahami tentang masa Adven?

3. Mendengarkan Firman
a. Membaca Lukas 2:21-40, Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan – Simeon dan Hana.
b. Membaca/mendengarkan uraian/renungan yang berjudul, Masa Adven: Waktu Untuk Merindu di bawah ini :

Rasanya, banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut Natal agar Natal terasa meriah dan berkesan. Kita dapat menyebutnya beberapa. Misalnya, membeli kebutuhan pakaian anak-anak terutama. Mereka akan sangat senang jika merayakan Natal memakai pakaian warna terang dan cerah. Lalu berfoto-foto di sekitar pohon Natal. Bagus lagi jika pohon Natalnya tampak lebih fresh dan tidak kelihatan out off date. Ini berarti beli yang baru. Lebih bagus jika pohon Natal yang baru dipasang di sudut ruangan yang cat dindingnya juga baru, tidak kusam. Kalau begitu, rumah juga perlu dicat! Sekalian meubel, meja-kursi juga diremajakan. Toples-toplesnya juga, jangan lupa diisi nastar atau rengginang yang baru. Jadilah, pakaian baru, pohon Natal baru, cat rumah baru, meubel baru, toples baru dan isinya juga mesti baru!

Kesibukan memersiapkan Natal tidak hanya di rumah saja, melainkan juga di gereja, tempat kerja atau lingkungan dan tetangga. Orang bilang, setiap kegiatan memerlukan anggaran. Jer basuki mawa bea. Namun bea di sini tidak harus selalu berarti uang. Dapat juga berarti pengorbanan yang lain, misalnya tenaga, waktu, pikiran dan emosi. Untuk sebuah ritual seperti Natal yang setahun sekali dan diharapkan meninggalkan kesan mendalam, sangat wajar untuk dimaklumi, bukan?

Sesungguhnya, tidak ada yang salah dengan persiapan yang sedemikian. Malah menjadi masalah jika tidak dipersiapkan. Masalahnya adalah jika semua ini tidak dilakukan dengan kerinduan dan cinta yang mendalam, yang tersisa hanyalah kelelahan. Bukan kegembiraan. Bisa jadi yang muncul justru konflik berkepanjangan di dalam kepanitiaan, bukan damai sejahtera yang berkelanjutan. Jadi, sebagaimana dimensi kehidupan yang lain, ber-adven semestinya dilakukan juga dalam kerinduan.

Adven berasal dari kata adventus yang berarti kedatangan, mendekati, menyongsong. Ber-adven berarti mendekati, menyongsong kedatangan Tuhan Yesus Kristus, baik dalam Natal maupun dalam kedatanganNya kembali yang kedua kali. Pada masa ini, hal yang utama dan terutama adalah kita diberi kesempatan untuk mengolah diri dan hati. Dengan demikian boleh-boleh saja memersiapkan dan mengadakan segala yang ‘lahiriah,’ asal dilahirkan dari batin yang merindu akan kehadiran Allah. Oleh karena itu, perlulah sekarang kita menilik ber-‘adven a la Simeon dan Hana’.

Sebagaimana tampak dalam perikop ini, penulis Injil Lukas menceritakan secara singkat berbagai ritual dalam ritus kelahiran dengan mengacu pada tradisi Israel ketika itu, sebagai awalan dari sebuah kisah pertemuan yang menyusulnya, ayat 25-38. Perjumpaan dengan Simeon dan Hana di Bait Allah di Yerusalem itu terjadi, karena keluarga Yusuf sedang menunaikan ritual atas kelahiran putra mereka.

Dikisahkan keluarga Yusuf sebagai keluarga Yahudi yang saleh dan sederhana. Kesalehan itu dinyatakan dengan kesediaan melaksanakan hukum Taurat, yaitu dengan menyunatkan Yesus pada hari ke delapan seperti yang dinyatakan dalam Kejadian 17:9-14 dan Imamat 12:3. Kemudian memberi nama Yesus yang artinya Tuhan menyelamatkan, dan menyerahkanNya ke Bait Allah di Yerusalem sebagaimana perintah-Nya bagi anak sulung dalam Keluaran 13:2,12. Serta melakukan upacara pentahiran bagi Ibu Maria ke Bait Allah di Yerusalem, dengan tidak lupa membawa kurban persembahan sebagaimana dikehendaki Imamat 12:1-8. Dan korban yang dipersembahan menunjukkan bahwa mereka adalah keluarga yang sederhana. Sebab yang dipersembahkan adalah bukan kambing domba, melainkan burung tekukur dan merpati. Barulah setelah selesai semua menurut hukum Taurat mereka kembali ke Nazaret di Galilea. Dengan adanya awalan yang demikian, maka kisah perjumpaan ini pun bergulir.

Kisah perjumpaan ini diletakkan bukan sebagai cerita pertemuan kebetulan atau bertemu secara tidak sengaja. Melainkan sebuah cerita yang berisi penantian panjang Simeon dan Hana selama bertahun-tahun akan kehadiran Mesias sang Pembebas. Mereka berdua menantikan-Nya dengan segenap hati dan dengan penuh kerinduan.

Simeon, yang dikenal sebagai orang benar dan saleh di Yerusalem, telah sangat lama menanti, dan dikatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Mesias. Dan akhirnya ia bertemu bayi Yesus di Bait Allah, menatang-Nya dan memuji Allah seraya mohon pamit, “…sekarang biarlah aku berpulang…” ( Latin: nunc Dimittis, ayat 29). Ini sungguh suatu pernyataan yang sangat dalam, bahwa seberapapun kuatnya ia merindukan kematiannya sendiri, Simeon rela jika kematian itu ditunda, demi menuntaskan kerinduannya pada kehadiran Mesias. Bagi Simeon, kehadiran Yesus yang telah lama dirindukan itu adalah jawaban Allah di tengah berbagai pergumulan bangsa-bangsa yang kusut masai ketika di bawah kekuasaan Romawi. Seperti terang yang bercahaya di tengah kegelapan (ayat 30-32). Meskipun untuk itu, Maria akan mengalami kedukaan yang mendalam karena berbagai peristiwa penderitaan, termasuk nantinya kematian Sang Putra, yang sekarang baru saja dilahirkannya itu, “…dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri…” (ayat 35 ini memberikan antisipasi akan penderitaan dan kematian Yesus nantinya). Sedangkan Hana adalah seorang nabi perempuan yang dikenal kesalehannya. Dalam usia delapan puluh empat tahun ia tinggal dalam Bait Allah, rajin berdoa dan berpuasa (ayat 37). Ia pun bersaksi tentang kehadiran Yesus yang akan menjadi Pembebas Yerusalem (ayat 38).

Dari kisah perjumpaan ini, sedikitnya melahirkan tiga hal penting yang boleh diringkas ke dalam tiga kata kunci dalam menyongsong kehadiran Yesus, yaitu sederhana, saleh dan peduli. Pertama sederhana. Lihatlah kesederhanaan yang dipersembahkan keluarga Yusuf kepada Allah. Di sini, kesederhanaan dinyatakan bukan sebagai alasan untuk tidak datang kepadaNya, dengan alasan tidak punya apa-apa untuk dipersembahkan. Kesederhanaan justru membantu dalam berelasi dengan Allah menjadi lebih tenang. Maka kesederhanaan ini kiranya memandu dan mengingatkan kita ketika beradven pada jaman ini. Kedua, saleh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia, saleh berarti taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Nah, semua tokoh dalam perikop ini diceritakan saleh dalam rangka menunaikan ibadah dengan sungguh-sungguh. Memang ibadah yang tulus lahir dari hati yang hening dan bening berkat kesederhanaan. Kesalehan di sini bukan untuk konsumsi publik atau untuk dipertontonkan. Sebab jika demikian akan sangat dekat dengan kemunafikan. Kesalehan ibadah yang sungguh-sungguh dinyatakan dengan kata kunci ketiga, yaitu peduli. Kepedulian Hana dan Simon bukan hanya terkait dengan relasi diri mereka sendiri dengan Allah. Kepedulian mereka juga diletakkan pada keadaan bangsanya yang merindukan terang dan damai sejahtera. Tidak banyak orang seperti tokoh Simeon yang merindukan kematian. Mungkin lebih banyak yang takut untuk menghadapi rasa takut terhadap kematian. Meskipun Simeon merindukan kematian yang akan membebasan dirinya, ia rela jika ditunda kematiannya karena ia peduli juga terhadap pembebasan bangsanya dari kegelapan dengan kehadiran Mesias. Dan persoalan bangsa tentu jauh lebih besar daripada persoalan diri sendiri.

Itulah cara beradven Simeon dan Hana. Dari sini, kita dimampukan untuk melihat bahwa beradven bukan sekedar memersiapkan acara perayaan minus makna, bukan pertunjukkan kesalehan yang bergincu, bukan pula kepedulian yang terarah hanya kepada diri dan gereja sendiri. Beradven berarti menyambut kehadiran Tuhan Yesus dalam kesederhanaan, kesalehan yang tulus, dan kepedulian terhadap persoalan nyata yang sedang dihadapi bangsa kita.

Adven adalah waktu yang tepat untuk bergumul dengan penuh kerinduan akan kehadiran Yesus Kristus sebagai pembawa damai sejahtera, di tengah terancamnya persatuan, koyaknya kebhinnekaan, mulai gemuruhnya mesin kampanye pilpres dan pileg, menguatnya sentimen keagamaan dan identitas primordial, bangkitnya radikalisme dan sebagainya. Bayangkanlah jika Yesus hadir, apakah yang akan diperbuatNya? Namun jangan lupa, bahwa Yesus yang kita bayangkan itu, telah tinggal dalam kita dan mendorong kita untuk bertindak menjawab tantangan yang ada sebagai wujud kepedulian yang lebih luas.

Adven bukan sekadar mengisi nastar atau rengginang di toples yang baru. Bukan sekedar memersiapkan baju, cat atau pohon Natal yang baru. Semestinya, tidak dilupakan untuk terus mengisi dan menghiasi hati dalam beradven dengan kerinduan yang terus-menerus bagi kehadiran Yesus Kristus dalam kesederhanaan, ibadah yang tulus dan yang terwujud dalam kepedulian sosial yang melebar dan meluber. Selamat beradven dalam kekinian!

4. Memaknai ulang dan Pembaharuan Hidup

Setelah mendengarkan Firman dan uraian/renungan di atas, dialogkanlah pertanyaan berikut (sambil membandingkannya dengan hasil diskusi pada point 2):
a. Sekarang, apakah yang Anda rasakan dan pikirkan tentang Adven?
b. Apakah Anda merindukan kesederhanaan, ketulusan dan kepedulian bagi orang lain sebagai salah satu wujud ibadah setiap hari?
c. Jika nanti merayakan Natal, apakah Anda bersedia merayakannya secara sederhana, agar sumber daya yang lebih besar dapat digunakan untuk mewujudkan kepedulian sosial?

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja