Home » Renungan » Dalam Pertobatan

Dalam Pertobatan

(Lukas 3:1-6)

Henri Nouwen dalam bukunya “Making All Things New: An Invitation to The Spiritual Life”, menggambarkan sebuah pertobatan sebagai sebuah aktivitas meninjau kembali atau menelaah tindakan-tindakan yang pernah diperbuat dan jika ada kesalahan, maka seseorang diajak untuk menyesali kesalahan-kesalahan pada masa lampau yang disertai dengan komitmen untuk berubah menjadi lebih baik. Pada intinya pertobatan adalah proses mengevaluasi diri, dan berkomitmen membaharui diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan pengertian ini kita tidak bicara pertobatan hanya berkaitan dengan sebuah tindakan salah atau jahat yang dilakukan seseorang, melainkan juga bicara soal menemukan hal-hal lebih baik dalam hidup ini.

Sebagai salah satu contoh yang menggambarkan pengertian di atas adalah pengamatan Henri Nouwen tentang aktivitas kehidupan masyarakat modern saat ini, yaitu masyarakat dengan karakteristik sibuk. Setiap orang rasanya terus di dorong dengan suara: “Kamu harus terus bekerja untuk mendapat uang yang cukup untuk biaya sewa rumah, untuk membeli makananmu, untuk membayar kredit kendaraanmu, untuk biaya sekolah anak-anakmu; Kamu punya ribuan hal kecil untuk dikerjakan jangan sampai meleset, menjawab telpon, menjawab WA, update status FB (instagram, line, dll) cepat; sampai harus bertemu dengan teman kerja, menepati janji-janji makan malam, menandatangani proyek-proyek, dan lain sebagainya. Pada intinya kita sibuk untuk memastikan bahwa hidup kita di dunia ini penuh kenyamanan dan tentunya semakin individualistik. Hal itu membuat orang jarang (tidak pernah) mengarah pada pemikiran mendalam tentang asal dan tujuan hidup kita.

Orang menjadi jauh dari Tuhan dan kehilangan spirit Tuhan dalam hidupnya, yaitu bagaimana tiap orang juga membangun kehidupan bersama seperti yang digambarkan dalam Lukas 3:10-14.

Panggilan Yohanes sesuai dengan pola panggilan nabi-nabi dalam Perjanjian Lama (lih. Yer.1:2). Ia adalah nabi terakhir yang bertindak sebagai jembatan kepada yang baru. Ia mempersiapkan jalan Tuhan yang mengarah dari Mesir ke Israel dan sekarang, melaui Yesus, menuju ke Kerajaan Allah. Semua orang dipanggil untuk bertobat, berarti dipanggil untuk ikut dalam perjalanan pembaharuan, yaitu ke Kerajaan Allah. Baptis Yohanes adalah tindakan ritual yang mengungkapkan kesediaan setiap orang Yahudi untuk bergabung dengan gerakan pembaharuan tersebut. Ini menuntut sikap batiniah pertobatan yang tanpa itu tidak ada pengampunan.

Pada ayat 5 dan 6, Lukas memperluas kutipan Yesaya lebih daripada Markus atau Matius, yaitu memasukkan janji keselamatan universal yang begitu penting bagi pembaca Yahudi dan pembaca di luar umat Allah. Peneguhan janji diberikan di sini pada permulaan tulisan Lukas (lih. Luk.2:32). Diakhiri pada bagian kedua karyanya dalam pernyataan Paulus, bahwa keselamatan memang datang kepada semua orang (Kis.28:28).

Panggilan pertobatan Yohanes ini juga dapat dilihat secara politis sebagai sebuah panggilan untuk memperbaharui tatanan kehidupan di masyarakat. Pada waktu kejadian ini dituliskan, seorang prokurator Roma telah ditempatkan sebagai pejabat di wilayah Yudea, karena anak Herodes, Arkhelaus, telah membuat kekacauan dalam pemerintahan di situ. Dengan mengajak dengan seruan kepada seluruh bangsa, Yohanes Pembaptis menantikan perubahan besar yang akan membawa Tuhan sebagai raja. Dalam pengertian ‘rohani’ perubahan hidup, dan juga perubahan hidup sebagai bangsa. Juga dalam pengertian politis, mewujudkan sebuah tatanan pemerintahan yang mampu mengatur kehidupan yang adil, damai dan penuh sukacita. Perilaku ketidakadilan ini dapat dilihat pada Lukas 3:12-14, dimana Yohanes menasehati agar pemungut cukai menagih tidak lebih dari yang sudah ditentukan dan para prajurit agar mereka jangan merampas dan memeras rakyat.

Di masa Adven ini, umat diajak untuk melihat betapa urgensinya melakukan pertobatan, evaluasi diri yang menuju pembaharuan hidup. Pertama pertobatan pribadi yaitu sebuah sikap hidup yang berkenan kepada Allah, memiliki spirit Tuhan dalam hidupnya dan juga sikap hidup yang menghayati dirinya sebagai utusan Allah pembawa kabar baik. Kedua, pertobatan bersama sebagai anggota masyarakat, yaitu mewujudkan sebuah tatanan pemerintahan yang mampu mengatur kehidupan yang adil, damai dan penuh sukacita. Dari sikap ini diharapkan adanya pembaharuan kehidupan bersama, yaitu sebuah ketaatan hidup kepada Allah dan mewujudnya kehidupan yang adil dan damai. Dengan kata lain Kerajaan Allah hadir dan disambut dengan sukacita. Amin.

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja