Home » Bahan PA » Materi PA Masa Paskah (Sarasehan 27 Mei – 1 Juni 2019)

Materi PA Masa Paskah (Sarasehan 27 Mei – 1 Juni 2019)

Teguh Memegang Pancasila

1. SAAT TEDUH

2. NYANYIAN PUJIAN
KJ. 233: 1-3 “Roh Kudus, Turunlah”

3. DOA PEMBUKA

4. PEMBACAAN FIRMAN TUHAN:
Ezra 4: 1-5

5. RENUNGAN

Teguh Memegang Pancasila

Kembalinya orang-orang Israel dari tanah pembuangan di Babil ke negerinya bukanlah akhir dari perjuangan hidup yang mereka alami. Baru saja mereka sampai di tanah air mereka, tantangan dan persoalan pun siap menghadang di depan mata. Orang-orang yang tinggal di sekitar Yerusalem dan daerah Israel (yang dahulu sengaja diangkut oleh raja Asyur untuk tinggal di daerah tersebut – 2 Raja-raja 17:24) merasa terancam dengan kembalinya orang-orang Israel. Mereka adalah lawan / musuh dari orang-orang Israel (secara khusus suku Yehuda dan Benyamin). Mereka berpikir, jikalau orang Israel semakin kuat (apalagi saat itu akan membangun Bait Suci – sudah sampai peletakan dasar Bait Suci), maka mereka akan disingkirkan dari daerah itu.

Ketakutan tersebut diatasi dengan menawarkan diri mereka ikut membangun Bait Suci. Alasannya karena mereka juga berbakti kepada Allah Israel. Namun, tawaran ini ditolak oleh Zerubabel (pemimpin Israel pada waktu itu). Alasannya karena mereka telah belajar dari pengalaman masa lampau dimana orang-orang tersebut memberikan pengaruh buruk kepada umat. Mereka telah membuat umat berpaling menjauh dari Tuhan, mempunyai keyakinan serta ideologi yang berbeda dari apa yang sudah disepakati bersama sebagai umat Allah.

Pengalaman masa lalu tersebut membuat Zerubabel dan para pemimpin umat teguh pada prinsip mereka. Mereka tidak membiarkan umat diombang-ambingkan oleh keyakinan dan ideologi lain. Mereka ingin kembali lagi menjadi bangsa yang menyembah Allah, yang berpusat pada Allah, yang teokrasi (pemerintahan / kehidupan bersama masyarakat yang berpusat pada Allah), seperti kesepakatan awal ketika mereka berdiri sebagai sebuah bangsa. Mereka bercita-cita menata kembali umat sebagai umat Allah yang beribadah dan hidup taat setia kepada Allah.

Namun, perlawanan para musuh Israel tidak hanya berhenti begitu saja. Mereka kemudian menyebarkan hoax (berita palsu) untuk melemahkan semangat orang-orang Israel untuk membangun Bait Suci. Mereka tidak mau kalau Bait Suci yang adalah simbol keagamaan dan identitas orang-orang Israel tersebut berdiri. Tidak hanya itu, mereka pun menyogok para penasihat Persia (sekarang: Irak) untuk melawan orang-orang Yahudi dan menggagalkan rencana pembangunan Bait Suci.

Keteguhan memegang prinsip seperti yang dilakukan oleh orang-orang Israel di bawah pimpinan Zerubabel ini mesti menjadi teladan bagi kita tentang bagaimana memegang prinsip kebangsaan kita sebagai bangsa Indonesia. Kita ingat bahwa sejak berdirinya, negara kita ini telah meletakkan Pancasila sebagai satu-satunya dasar negara dan filosofi kebangsaan kita. Pancasila inilah yang menyatukan berbagai keberagaman di negeri ini. Keberagaman tersebut sudah sejak semula disadari. Keberagaman tersebut tidak mungkin dan tidak boleh diabaikan.
Bangsa kita ini berdiri dan dibangun atas dasar perasaan senasib sepenanggungan sebagai orang-orang yang dijajah oleh Belanda. Perasaan inilah yang menyatukan semuanya menjadi satu bangsa, bangsa Indonesia. Meski berbeda-beda suku/etnis, agama, ras, budaya, golongan, namun kita adalah satu bangsa, bangsa Indonesia! Kemerdekaan Indonesia pun terwujud karena perjuangan bersama seluruh komponen bangsa ini.

Beberapa tahun belakangan ini, ketika Pancasila sering diuji eksistensinya, maka kita (umat Kristen – sebagai bagian dari bangsa ini) tidak boleh tinggal diam. Kita harus teguh mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan filosofi kebangsaan kita. Ideologi lain (ideologi agama tertentu, komunis, sosialis, dll.) telah terbukti tidak cocok dengan keberadaan riil bangsa kita. Namun, sampai sekarang masih ada saja kelompok tertentu yang mendesakkan ideologi keagamaan mereka untuk menggantikan Pancasila. Mereka ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi keagamaan mereka, yang sebetulnya merupakan ancaman bagi kebebasan beragama di Indonesia (termasuk kita, orang Kristen). Oleh karena itu marilah kita teguh berjuang mempertahankan Pancasila, menghidupinya, serta terus mengembangkannya demi terwujudnya masyarakat adil makmur di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

Apa yang sudah kita sepakati bersama tersebut (pada tahun 1945, saat kemerdekaan RI), tidak boleh dirusak oleh siapapun dan apapun. Ini adalah hal yang sangat prinsipial! Kita mesti berjuang dalam segala lini kehidupan (keluarga, masyarakat, tempat kerja dan gereja) untuk tetap menegakkan Pancasila, baik sebagai dasar negara maupun filosofi kehidupan bangsa kita. Kita tidak perlu ragu melakukan semua itu karena nilai-nilai Pancasila ketika kita cermati sungguh-sungguh sangatlah kristiani. Nilai-nilai tersebut cocok dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Yaitu Ketuhanan yang mahaesa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Meski ada kelompok-kelompok yang mau menang sendiri, kita pun tidak perlu takut. Justru kita harus semakin berani dan juga tegas menolak segala upaya yang akan merusak Pancasila. Marilah bergandengan tangan secara nyata dengan kelompok-kelompok lain (termasuk dari agama lain) yang masih memegang teguh Pancasila. Kita tidak akan bisa berjuang sendirian! Kita mesti bekerjasama dengan kelompok-kelompok lain tersebut. Kita bersyukur bahwa masih banyak yang menghendaki NKRI dan Pancasila sebagai harga mati. Oleh karena itu, saatnya kini beraksi!

Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah lawanlah hoax (berita-berita bohong)! Berita-berita yang memecahbelah, yang menjelek-jelekkan apa yang sesungguhnya baik. Hoax tersebut memang sengaja diproduksi oleh pihak-pihak tertentu untuk melemahkan dan memecah-belah bangsa kita. Perlawanan kita tersebut juga mesti dipikirkan dan dilakukan secara strategis, karena mereka yang jahat itu pun telah merancang dan beraksi secara terencana, strategis, masif dan sistematis. Mereka menggunakan media sosial dan berbagai cara. Sekarang saatnya untuk berhati-hati dan beraksi secara nyata. Mari kita berjuang! Tuhan memberkati. Amin.

6. Nyanyian Tanggapan
KJ. 231: 1-2 “O Roh Kudus Ilahi“

7. DOA SYAFAAT

8. LAGU PENUTUP
KJ. 336: 1, 2, “Indonesia, Negaraku”

Bangsa, rakyat Indonesia, Tuhanlah pelindungnya;
dalam duka serta suka Tuhan yang dipandangnya

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja