Home » Renungan » Hidup Dalam Kasih Sang Gembala

Hidup Dalam Kasih Sang Gembala

Yohanes 10 : 22-30

Gambaran, konsep, kesan kita tentang Allah sangat memengaruhi spiritualitas maupun pandangan kehidupan kita. Siapakah Allah, bagaimanakah kehendak Dia terhadap kita tidak boleh kita bentuk menurut pikiran kita sendiri atau mengikuti apa kata orang atau kesimpulan dari mengamati keadaan dunia. Dia harus kita kenal sebagaimana Dia menyatakan diri-Nya, baik dalam wahyu-Nya yaitu catatan dalam Kitab Suci maupun wahyu-Nya melalui tindakan-tindakan agung-Nya sepanjang sejarah umat Perjanjian Lama dan sepanjang kisah Yesus Kristus.

Dalam Bacaan Kita saat ini paling tidak kita bisa memahami dua kebenaran tentang Allah. Dia adalah Raja Sorga yang juga Bapa bagi para anak yatim, pembela para janda, penyedia tempat tinggal bagi orang yang kesepian, pembebas orang yang tertindas. Inilah alasan bagi semua muridNya agar tidak hanya sanggup bersukacita dalam situasi senang saja, namun sanggup juga bersukacita dalam keadaan yang kurang baik atau tidak baik. Sebab sukacita kita bukan berasal dari faktor di luar diri kita, tetapi karena mengakarkan hati, pikiran, perasaan dan imajinasi sedalam-dalamnya pada penyataan diri Allah.

Gambaran berikutnya adalah Allah sebagai Gembala yang dinamis, yang berjalan di depan memandu, merintis, membuka jalan bagi domba-domba-Nya mendapatkan kehidupan yang damai sejahtera dalam kekekalan. Kedua gambaran tentang Allah tersebut mengajak kita untuk menikmati kehidupan dalam kasih Sang Gembala, yang diwujudkan tidak hanya dalam menikmati berkat dan penyertaan-Nya semata tetapi juga dalam ketaatan mendengarkan dan melakukan Firman-Nya.

Kisah Para Rasul 9 :36-43
“Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: Tabita, bangkitlah! Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.” (ayat 40). Tujuan karya mujizat Allah yang dikaruniakan kepada Petrus sehingga ia dapat membangkitkan orang yang telah mati adalah agar orang-orang pada masa itu percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Karya mujizat tidak terjadi untuk kepentingan orang yang bersangkutan saja tetapi juga menjadi berita tentang karya penyelamatan Allah disaksikan banyak orang. Karena itu peristiwa mujizat Petrus membangkitkan Tabita ditutup dengan pernyataan: “Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan” (ayat 42). Petrus mampu melakukan mujizat dengan membangkitkan orang mati bukan karena ia memiliki kuasa, tetapi karena ia diberi kuasa oleh Kristus yang telah wafat dan bangkit.

Melalui penggembalaan Petrus, umat percaya dicelikkan matanya untuk melihat Sang Gembala Agung, yaitu Yesus Kristus. Bagi Dorkas yang mengalami karya mujizat dan umat percaya yang melihat peristiwa karya mujizat Allah tersebut mereka mengamini kebenaran nyanyian Daud dalam Mazmur 23:4, yaitu: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”

Yohanes 10 : 22-30
“Aku dan Bapa adalah satu.” (ayat 30). Konteks pernyataan Yesus bahwa Ia dan Bapa adalah satu dilatarbelakangi oleh kegelisahan para pemuka agama Yahudi yang menghendaki suatu penegasan dari Yesus. Para pemuka agama Yahudi tersebut berkata: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami” (ayat 24). Mereka meminta Yesus dengan lugas menyatakan apakah Ia adalah Mesias ataukah bukan. Tetapi meskipun dengan jelas Yesus menyatakan diri-Nya, mereka tetap tidak percaya.

Orang-orang Yahudi tidak percaya karena memiliki paradigma teologis yang tidak mau berubah. Mereka memiliki konsep Mesias yang sifatnya politis. Karena itu dengan paradigma Mesias yang politis mereka tidak mampu mendengar makna dan pengertian yang Yesus maksudkan. Yesus menegur ketidakpercayaan mereka (bdk. Ayat 27). Jikalau mereka termasuk “domba-domba-Nya” maka mereka akan bersedia mendengar dan mengikut Dia yaitu: “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” Kriteria orang-orang yang termasuk “domba-domba Kristus” adalah memiliki hubungan personal yang intim dengan Kristus sehingga mereka selalu peka dengan suara dan kehendak-Nya.

Melalui pemberitaan firman hari ini, jemaat diajak untuk menghayati setiap karya pemeliharaan dan pertolongan Tuhan yang sudah dan terus berlangsung dalam kehidupannya yang menumbuhkan sukacita dan damai sejahtera. Iman pada Yesus Sang Gembala agung diharap dapat mengarahkan kehidupan jemaat bukan saja berorientasi untuk kehidupan pribadi, tetapi kehidupan yang terus terarah untuk memuliakan Tuhan meskipun dalam berbagai situasi hidup. Karena itu ajaklah jemaat untuk senantiasa bersandar pada pertolongan Tuhan dan bersyukur atasnya. Terus membangun komitmen dan motivasi pelayanan sebagai proses yang mestinya terus berlangsung dalam kehidupan iman orang Kristen. Ajaklah jemaat senantiasa ambil bagian dalam tugas panggilan mewartakan kasih Allah kepada sesama. Amin

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja