Home » Renungan » Kesejatian Kristus Raja

Kesejatian Kristus Raja

(Kolose 1:11-20; Lukas 23: 33-43)

Gambaran tentang seorang raja biasanya tak jauh dari status, kedudukan dan kekuasaan. Banyak orang memimpikan dan mengejar posisi tersebut di ruang publik. Namun teladan Yesus sebagai Raja bukan bicara soal itu. Yesus meneladankan nilai-nilai seorang raja sejati. Menjadi raja bukan pertama-tama soal status, melainkan soal fungsi. Bukan soal kuasa, melainkan soal nilai. Belajar dari Kristus, kita didorong untuk menunjukkan sikap empati,menegakkan keadilan, dan mengasihi tanpa kekerasan demi tugas panggilan melindungi sesama yang menderita.

Apa yang menarik dari teks ini? Pertama, Paulus menegaskan betapa besar kedudukan dan kuasa Yesus. Sesungguhnya Ia telah ada sebelum segala sesuatu diciptakan. Di dalam Kristus, Allah telah menciptakan segala sesuatu di bumi, termasuk struktur-struktur kekuasaan yang ada. Seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Kristus.Kedua, Kristus yang penuh kuasa tersebut rela berkorban memasuki realitas hidup umat, menumpahkan darah di kayu salib demi misi pendamaian antara Allah dengan semua realitas di bumi maupun di sorga (ay. 20). Dimensi pengorbanan Kristus kentara dibalik kepenuhan kuasa-Nya, selaras dengan refleksi Paulus tentang kenosis Yesus di surat Filipi: dari kepenuhan-Nya di tempat tinggi rela mengosongkan diri memasuki realitas hamba yang berkorban bagi kehidupan umat. To be servant to sacrifice.

Inilah kisah dramatis di seputar kayu salib! Yesus bergumul dengan penderitaan yang amat sangat, penuh gejolak batin. Dia harus menghadapi olok-olok dan tantangan dari orang-orang di seputaran salib. Mereka menantang Yesus untuk turun dari salib. Mulai dari kalangan elite, militer, hingga narapidana tersalib, semua menantang

Yesus untuk membuktikan kuasa-Nya yang selama ini dikenal hebat. Olok-olok dan tantangan tersebut terasa lebih menyakitkan tatkala label ”Inilah raja orang Yahudi” diletakkan di atas kepala-Nya. Sebuah ironi, sinisme bernada satire, terhadap Yesus yang tak berdaya!

Tantangan tersebut serasa menjadi the last temptation, godaan/tantangan terakhir bagi Yesus untuk melampiaskan kemarahan dan membuktikan kuasa-Nya dengan turun dari salib.

Namun jika Dia jatuh ke dalam cobaan itu, berarti Dia tidak menuntaskan misi Ilahi. Dilematis! Bisa jadi Yesus berpikir, ”Apakah Aku harus menyambut tantangan dan membalas dendam atau tetap bertahan di jalan salib demi umat-Ku?”Yesus memilih untuk tidak mendendam. Dia bertahan setia dengan panggilan untuk menderita demi menanggung dosa umat. Di tengah jerih dan juang di kayu salib, Yesus juga memohonkan ampun bagi orang-orang yang menyiksa-Nya. Yesus juga mengampuni salah seorang narapidana tersalib yang memohon belas kasih-Nya di ujung hidupnya.Inilah keluhuran batin seorang raja sejati: kasih tanpa kekerasan. Sura dira jayaningrat lebur déning pangestuti.

Melalui refleksi dan kristalisasi atas teks-teks di atas, kita diajak untuk menghayati bahwa Kristus meneladankan nilai-nilai sebagai seorang Raja sejati. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah:
1. berempati, yakni kesediaan untuk turun dan memahami seruan sesama yang membutuhkan pertolongan,
2. bersikap adil, yakni menegakkan keadilan serta melindungi sesama dari penindasan,
3. menyatakan kasih tanpa kekerasan, yakni memiliki kelembutan hati, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan serta mau memberi pengampunan kepada sesama yang menyakiti.
Amin.

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja