MENGHIDUPI KOMITMEN KELUARGA
Bacaan : Yosua 24:14-15
1. SAAT TEDUH PRIBADI
2. PUJIAN
KJ 448. ALANGKAH INDAHNYA
1). Alangkah indahnya
serikat beriman
cerminan kasih Tuhannya
di dalam sorga t’rang
2) Baik suka, baik keluh
berpadu berserah;
segala doa bertemu
di takhta rahmat-Nya.
3) Sengsara dan beban
‘kan ringan rasanya,
sebab saudara seiman memikulnya serta.
3. DOA
4. PUJIAN
KJ 49. FIRMAN ALLAH JAYALAH
1). Firman Allah jayalah
sampai ujung dunia
kita pun dipanggilnya
untuk hidup yang baka.
5. BACAAN ALKITAB : Yosua 24:14-15
Nats: Yosua 24:15b “…Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan.”
6. RENUNGAN
MENGHIDUPI KOMITMEN KELUARGA
Tahukah Anda tentang film Keluarga Cemara? Film itu berkisah tentang dinamika kehidupan sebuah keluarga sederhana. Keluarga Cemara pertama kali ditayangkan RCTI pada tahun 1996-2002. Selanjutnya, ia ditayangkan oleh sejumlah televisi di Indonesia (TV 7, TVRI dan MNC TV).
Tahun 2018, kisah Keluarga Cemara dikemas ulang kedalam versi film layar lebar, dan ditayangkan di jaringan bioskop Indonesia. Ternyata, film itu mendapat sambutan antusias dari masyarakat. Demikian pula, ketika diputar di SOAS University London pada 23 Mei 2019, Keluarga Cemara mendapat sambutan positif dari masyarakat Inggris.
Keluarga Cemara berkisah tentang dinamika kehidupan Abah dan Emak beserta tiga orang anak mereka, Euis, Ara dan Agil. Dikisahkan, mulanya mereka hidup berkecukupan. Namun, suatu ketika Abah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Ia pun kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian utama keluarga. Lantas, Abah bekerja sebagai tukang becak. Emak berjualan opak. Ketiga anak mereka berjualan kue keliling, demi menopang ekonomi keluarga.
Begitulah, selepas Abah terkena PHK, mereka jatuh miskin. Keluarga Cemara pun mengalami goncangan hebat. Ibarat sebuah bahtera, kehidupan keluarga mereka terkena badai. Kita tahu, badai kemiskinan mudah memicu munculnya aneka masalah, konflik, dan perpecahan dalam keluarga.
Namun, ternyata hantaman badai itu tak membuat bahtera Keluarga Cemara rusak atau karam. Mereka mampu mengatasinya dengan baik. Sebab, seluruh anggota keluarga memiliki komitmen kuat. Mereka semua sepakat bahwa: “Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga.” Komitmen itu mereka hidupi setiap hari.
Komitmen itu pula yang menjadikan hidup mereka berdaya dan penuh semangat. Aneka pergumulan keluarga, mereka terima dengan sikap terbuka dan lapang hati. Segala bentuk masalah, kesulitan dan jerih-juang sesehari, mereka hadapi dengan berani. Berbagai pengalaman suka-duka, mereka jadikan kesempatan untuk belajar mengembangkan diri dan keluarga, sehingga menjadi lebih baik.
Cara hidup seperti itulah yang membuat bahtera Keluarga Cemara tak karam oleh terjangan badai. Bahkan, lebih hebat lagi, itu membuat kehidupan mereka mampu menginspirasi masyarakat. Setiap hari, dari keluarga mereka mengalir kasih dan berbagai bentuk kebaikan. Siapa saja yang bertemu, berbincang dan berelasi dengan mereka, pasti merasakan kasih dan kebaikan itu.
Begitulah, komitmen keluarga ternyata amat penting. Maka, sejak zaman dahulu kala, Alkitab tandas bersaksi tentang betapa pentingnya keluarga-keluarga yang berkomitmen. Salah satu contohnya, ditunjukkan oleh keluarga Yosua. Meski mereka hidup dalam lingkungan masyarakat yang mengalami disorientasi, Yosua berani berkomitmen untuk beribadah kepada Tuhan (Yosua 24:14-15).
Lantas, apa sejatinya makna komitmen untuk beribadah kepada Tuhan itu? Bisa jadi, penghayatan masing-masing keluarga mengenai hal itu, berbeda-beda. Sebab, bahan pembelajaran yang dimiliki oleh tiap-tiap keluarga, yaitu pengalaman nyata tentang suka-duka, juga berbeda-beda.
Yang jelas, bagi Yosua, komitmen untuk beribadah kepada Tuhan dihayati sebagai keberanian keluarga untuk tetap setia kepada Tuhan, meski hidupnya harus ‘melawan arus’. Sementara itu, bagi Keluarga Cemara, itu dihayati sebagai semangat untuk menebar kebaikan dan menginspirasi banyak orang, meski mereka hidup dalam berbagai kesulitan dan keterbatasan.
Nah, bagi keluarga kita, komitmen: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” itu, apa maknanya? Sudahkah itu kita hidupi dengan tekun dan setia, seperti halnya keluarga Yosua, juga Keluarga Cemara? Amin.***
7. PUJIAN
KJ 369a. YA YESUS KU BERJANJI
1). Ya Yesus ku berjanji
setia pada-Mu
ku pinta Kau selalu
dekat, ya Tuhanku
Di kancah pergumulan
jalanku tak sesat
kar’na Engkau Temanku,
Pemimpin terdekat.
2) Dekaplah aku, Tuhan,
di ribut dunia
penuh kilauan hampa
dan suara godanya.
Di dalam dan di luar
si jahat mendesak.
Perisai lawan dosa,
ya Tuhan, Kau tetap.
3) Ya Yesus, Kau berjanji
kepada umat-Mu:
di dalam kemuliaan
Kausambut hamba-Mu.
Dan aku pun berjanji
setia padaMu.
Berikanlah karunia
mengikut-Mu teguh.
8. DOA PENUTUP
9. PUJIAN
KJ 400. KUDAKI JALAN MULIA
1). Kudaki jalan mulia
tetap doaku inilah
Ke tempat tinggi dan teguh,
Tuhan mantapkan langkahku
Ya Tuhan angkat diriku,
lebih dekat kepada-Mu
di tempat tinggi dan teguh,
Tuhan, mantapkan langkahku.