Home » Bahan PA » Materi PD Masa Pepenkris (2-7 September 2019)

Materi PD Masa Pepenkris (2-7 September 2019)

“IMAN AMRAM DAN YOKHEBED”

1. SAAT TEDUH PRIBADI

2. PUJIAN

KJ 9. PUJI, HAI JIWAKU, PUJI TUHAN
1). Puji, hai jiwaku, puji Tuhan
Selagi ada nafasmu!
Allahku patutlah ku agungkan
Sepanjang umur hidupku!
Hayatku Dia yang beri
Dia ku puji tak henti
Haleluya. Haleluya!

3. DOA PEMBUKA

4. PUJIAN

KJ 49. FIRMAN ALLAH JAYALAH

Firman Allah jayalah
sampai ujung dunia
kita pun dipanggil-Nya
untuk hidup yang baka

Firman kesaksian Roh
pandu slamat yang teguh
kita mengikuti-Nya
dalam karsa dan kerja

5. BACAAN ALKITAB:
Keluaran 2: 1-10; Ibrani 11:23

6. RENUNGAN

Iman Amram dan Yokhebed

Musa adalah sosok seorang pemimpin besar dalam sejarah hidup bangsa Israel. Ia dipilih dan dipersiapkan Tuhan Allah untuk menjadi wakil-Nya di hadapan bangsa Israel, umat kepunyaan-Nya. Keberadaan Musa memang istimewa. Salah satu alasannya, karena Musa memiliki orang tua yang sungguh luar biasa.

Bacaan dalam Ibrani 2:1-10 menuntun kita berjumpa dengan iman orang tua Musa, yaitu Amram dan Yokhebed. Apa yang sudah dilakukan Amram dan Yokhebed, sehingga mereka turut tercatat sebagai saksi-saksi iman dalam surat Ibrani 11? Mari kita simak kisahnya dalam Keluaran 2:1-10.
Beginilah yang sudah dilakukan oleh Amram dan Yokhebed kepada Musa putra mereka: Ketika Firaun memerintahkan supaya setiap bayi laki-laki dari bangsa Israel dibunuh, dengan cara membuang mereka ke sungai Nil, orang tua Musa tidak rela menyerahkan bayi mereka untuk dibunuh. Meskipun, itu berarti bahwa mereka melawan perintah raja.

Ada satu hal yang kita baca dalam Ibrani 11:23, yang merupakan alasan mengapa Amram dan Yokhebed tidak takut pada perintah Firaun itu, yaitu: ”karena mereka melihat bahwa anak itu elok rupanya.”

Ungkapan tersebut bukan hanya menjelaskan reaksi kekaguman orang tua atas keelokan bayinya secara fisik. Bukan, bukan hanya sekadar itu. Melainkan, itu menyatakan pula sebuah keyakinan kuat dari orang tua Musa bahwa Tuhan pasti punya rencana yang baik atas kehadiran anak mereka. Dan, keyakinan itulah yang selanjutnya memberi kekuatan dan keberanian serta hikmat kepada orang tua Musa untuk berjuang melalui berbagai cara demi menyelamatkan anak mereka.

Mereka berjuang dengan menyembunyikan Musa selama 3 bulan. Sepanjang 3 bulan itu tentu dipakai oleh Amram dan Yokhebed untuk mencari jalan guna menyelamatkan Musa. Tak hentinya mereka menyerahkan sepenuhnya pemeliharaan dan keselamatan anak mereka itu kepada Tuhan Allah.

Setelah 3 bulan, bayi Musa tentu semakin besar, dan semakin sulit untuk disembunyikan. Tibalah fase tersulit bagi Amram dan Yokhebed, karena mereka harus mengambil keputusan: menyerah atau terus berjuang. Lantas, mereka memutuskan untuk terus berjuang! Caranya, dengan meletakkan bayi Musa di sebuah keranjang dan menghanyutkannya di sungai Nil. Upaya itu dilakukan dengan tetap disertai pengawasan sang kakak, meski dari kejauhan.

Keputusan Amram dan Yokhebed untuk meletakan / menghanyutkan Musa di sungai Nil tersebut bukanlah bentuk keputusasaan mereka. Melainkan, itulah upaya optimal yang dapat mereka lakukan dengan didasarkan pada kepercayaan penuh pada pemeliharaan Tuhan Allah sendiri. Mereka yakin: karena Tuhan punya rencana, maka pastilah Ia juga akan bertindak!

Jadi, melalui cerita pengalaman tersebut kita bisa melihat bahwa orang tua Musa beriman serta bertindak. Bukan sekadar bertindak tanpa beriman atau beriman tanpa bertindak, bukan. Beriman serta bertindak, itulah yang dilakukan oleh Amram dan Yokhebed dalam menjalankan perannya sebagai orang tua Musa.

Kisah tersebut menunjukkan bahwa Tuhan Allah memakai Amram dan Yokhebed untuk menyelamatkan Musa. Penyelamatan Allah itu bukan hanya demi kehidupan si bayi, melainkan bagi kepentingan lebih besar di masa mendatang. Dalam peristiwa itu, Allah memberikan kesempatan kepada orang tua Musa untuk memperjuangkan anak mereka demi menggenapi rencana Allah.

Pengalaman Amram dan Yokhebed dalam memperjuangkan hidup dan kehidupan putra mereka di dalam rencana Allah itu, sejatinya merupakan pengajaran yang diberikan kepada kita semua, setiap orang tua: Bahwa setiap orang tua adalah figur penting dalam perwujudan rencana Allah bagi umat-Nya. Itu dimulai dengan panggilan kepada setiap orang tua untuk memperjuangkan dan mempersiapkan anak-anaknya supaya bisa menggenapi rencana Tuhan Allah atas kehidupan mereka.

Dalam mewujudkan panggilan tersebut, tantangan yang dihadapi oleh orang tua zaman ini sungguh tidak mudah. Sebab, ilmu pengetahuan, teknologi, serta budaya terus mengalami ‘kemajuan’. Itu semua berpengaruh besar terhadap kehidupan anak-anak.

Menghadapi tantangan tersebut, orang tua mesti bertindak bijaksana. Mereka tak bisa bila hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Bergandengan erat dengan pihak-pihak yang menerima dan mengemban panggilan yang sama (gereja dan sekolah-sekolah Kristen) tentu menjadikan perjuangan setiap orang tua terasa lebih ringan. Serta, yang terutama, setiap orang tua perlu senantiasa melibatkan Tuhan dalam mengemban tugas dan panggilan istimewa tersebut, seperti Amram dan Yokhebed, Amin.

7. PUJIAN
KJ 378. YANG DIPERBUAT ALLAHKU
Yang diperbuat Allahku
kebaikkan semuanya
Rancangan-Nya tetap teguh,
kuberserah pada-Nya
Tuhankulah selamanya
yang ingin ku andalkan
Pada-Nya aku aman.

8. DOA PENUTUP

9. PUJIAN
KJ 49. FIRMAN ALLAH JAYALAH
Umat Tuhan bangunlah
masuk ladang dunia
Banyaklah tuaiannya,
tapi kurang pekerja

Tuhan, untuk panen-Mu,
semangatkan hamba-Mu
Biar isi dunia,
sambut sinar-Mu seg’ra.

Keterangan :
Kidung Jemaat dapat diganti menyesuaikan sesuai kondisi di Wilayah/Panthan Kelompok

(Materi ini diambil dari Buku PEPENKRIS LP3KS Sinode GKJ dan GKI SW Jateng – DIY Tahun 2019.)

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja