Home » Renungan » Menjadi Murid Kristus

Menjadi Murid Kristus

Lukas 14:25-33; Filemon 1:1-21

Istilah pengikut (follower) merupakan istilah yang populer di jagad media sosial saat ini. Semakin banyak pengikut di media sosial, akan menjadikan seseorang merasa terkenal, berarti, dihargai dan diakui keberadaannya di media sosial. Akan tetapi perlu disadari, ketika seseorang menjadi pengikut orang tertentu, bukan berarti sang pengikut tersebut mengikuti sepenuhnya segala perkataan, tingkah laku dan sikap hidup dari seseorang yang diikuti. Tak jarang, kegiatan saling mengikuti orang lain di media sosial hanyalah menjadi sebuah formalitas dan cara berinteraksi semata. Oleh karena itu, kita perlu memaknai kembali istilah “pengikut Kristus” yang juga telah populer di dalam Kekristenan. Menjadi pengikut Kristus tentu tidak cukup hanya menjadi formalitas di dalam kehidupan iman Kristen, tetapi harus menjadi sebuah laku hidup. Salah satu istilah yang patut untuk kembali dihayati di dalam kehidupan Kekristenan adalah menjadi “murid Kristus”. Sekalipun dalam hidup keseharian ada juga murid yang membangkang terhadap gurunya, namun di dalam kehidupan iman Kristen, setiap orang yang percaya kepada Kristus diajak untuk menjadi murid yang sejati yang senantiasa memiliki spiritualitas melekat kepada Kristus, Sang Guru Sejati.

Melalui Filemon 1:1-21 yang dapat kita pelajari bahwa, sebagai seorang Rasul, Paulus tidak bertindak otoriter. Secara tidak langsung, Paulus tetap menghargai kemerdekaan Filemon untuk bersikap terhadap permintaannya. Oleh karena itu, sekalipun secara wibawa rasuli Paulus berhak memerintahkan apa saja kepada Filemon, namun dengan penuh kerendahan hati, Paulus justru mengharapkan agar Filemon memenuhi permintaannya secara sukarela, sebagai sebuah tindakan iman yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus.

Dengan demikian, melalui surat ini, Paulus mengajak Filemon untuk merenungkan secara mendalam setiap sikap dan tindakannya sebagai orang percaya yang sudah seharusnya mengampuni setiap orang yang sudah bersalah kepadanya, bahkan mau menerimanya sebagai saudara, sebagaimana dirinya juga telah diampuni dan diterima menjadi anak-anak Allah

Dalam Lukas 14 : 26 berbunyi, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Tentu saja ayat tersebut tidak bisa ditafsirkan secara harafiah. Di beberapa kesempatan, Yesus memang memakai pola bahasa yang hiperbolis guna menandaskan pentingnya pengajaran yang disampaikan-Nya (bdk. Pola serupa dalam Mat. 5:29-30). Melalui pengajaran ini, Yesus hendak menyampaikan kepada para pendengarnya bahwa mereka harus mempertimbangkan secara matang dan mendalam perihal keputusan mereka untuk mengikut Dia.

Mengikut Yesus bukanlah sebuah tindakan yang asal-asalan dan sama sekali bukan sesuatu yang bisa dipermainkan. Oleh karena itu, Yesus segera memberi penegasan bahwa setiap orang yang hendak mengikut Dia harus memikul salibnya masing-masing. Tanpa kesediaan memikul salib, seseorang tidak bisa menjadi murid Kristus (ayat 27).

Untuk menguatkan apa yang baru saja disampaikan, Yesus juga memberi gambaran tentang seseorang yang harus mengadakan pertimbangan dan perhitungan secara mendalam sebelum ia membangun menara (ayat 28-30). Ditambah lagi dengan gambaran seorang raja yang harus memperhitungkan secara cermat dan matang sebelum ia berangkat berperang (ayat 31-32). Selanjutnya di ayat 33, Yesus kembali menambahkan bahwa seseorang yang hendak mengikuti Dia harus melepaskan diri dari segala miliknya, jika tidak, ia tidak bisa menjadi murid-Nya. Tuhan Yesus memang menghendaki setiap orang untuk menjadi murid-Nya, akan tetapi Ia tidak pernah memaksa siapapun untuk mengikuti-Nya. Ia memberi kebebasan sepenuhnya kepada manusia untuk menentukan pilihannya: mau percaya dan mengikuti Yesus, atau mau menolak dan meninggalkan Yesus. Namun, bagi setiap orang yang sudah memutuskan untuk mengikuti Dia, mereka tidak boleh berlaku setengah-setengah dalam mengikuti-Nya, melainkan harus dengan penuh dedikasi dan totalitas.

Memikul salib dengan cara mengikuti teladan hidup Kristus menjadi sebuah konsekuensi yang harus dijalankan oleh setiap pengikut Kristus. Dengan demikian, ayat 26 memang tidak dimaksudkan agar kita membenci keluarga kita. Akan tetapi yang dimaksudkan bahwa setelah percaya kepada Kristus, ketaatan kita tidak lagi kepada sistem kekeluargaan yang kita miliki, namun kepada Kristus. Mengingat, tidak selamanya kemauan sistem keluarga/anggota keluarga yang kita miliki selalu baik, ada pula yang mungkin bertentangan dengan kehendak Kristus. Maka sebagai pengikut Kristus, seseorang harus berani memperingatkan, mengoreksi atau bahkan melawan ajaran, kemauan maupun tindakan anggota keluarga yang tidak sesuai dengan kehendak Kristus. Demikian pula, perkataan Yesus pada ayat 33 bukan berarti kita berlaku seolah-olah tidak lagi membutuhkan harta benda maupun segala sarana dan fasilitas hidup yang kita miliki. Semua yang kita miliki di dunia tetap kita butuhkan dan kita pergunakan untuk menjalani hidup, namun setelah mengikuti Kristus, segala yang kita miliki tersebut kita pergunakan di dalam kehidupan dengan tetap berlandaskan sikap taat dan setia untuk mengikuti kehendak dan teladan Kristus.

Setiap orang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus sebagai juruselamat, dipanggil untuk menjadi murid-murid Kristus yang senantiasa melekat kepada Kristus Sang Guru. Dengan kemelekatan tersebut, diharapkan para murid akan menjadi murid sejati yang senantiasa mengikuti teladan Kristus, Sang Guru Sejati. Akan tetapi, Tuhan tidak pernah memaksa manusia untuk mengikuti kehendak-Nya. Tuhan senantiasa menempatkan manusia di dalam kebebasan sepenuhnya. Sikap iman yang didasari sebuah keterpaksaan tidak akan menghasilkan buah-buah iman yang berkualitas, melainkan hanya iman yang didasari oleh sikap yang bertanggungjawab di dalam kebebasanlah yang akan menghasilkan buah-buah iman yang sungguh berkualitas. Oleh karena itu, pilihan ada di tangan kita, mau menjadi murid Kristus yang sejati dengan mengikuti kehendak-Nya, atau hanya sekedar menjadi pengikut Kristus sebagai sebuah formalitas beragama. Amin.

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja