Home » Renungan » Pembaptisan Tanpa Pemulihan : Mungkinkah?

Pembaptisan Tanpa Pemulihan : Mungkinkah?

(Matius 3:13-17)

Pada hari ini, gereja-gereja memasuki minggu pembaptisan Yesus. Pembaptisan-Nya di sungai Yordan merupakan proklamasi tentang hakikat Yesus sebagai Mesias yang merendahkan diri. Dari proklamasi itu, kita mengenal Yesus adalah Allah yang menjadi manusia dan merendahkan diri demi memulihkan ciptaan-Nya. Permintaan-Nya untuk dibaptiskankan menjadi teladan bagi kita agar belajar merendahkan diri dalam gumul dan juang bersama Allah dan ciptaan Allah yang lain.

Bagi orang Kristen, baptisan memiliki makna penting. Dalam buku Selamat Berbakti, Pdt. Andar Ismail menuliskan bahwa baptisan adalah sebuah perjanjian yang penting. Bahkan lebih penting dari segala perjanjian lain, sebab baptisan adalah perjanjian antara kita dengan Kristus. Melalui perjanjian itu relasi manusia dengan Allah dipulihkan. Baptisan adalah perjanjian antara dua pihak, namun kedua pihak tidak sederajad (asimetris). Tuhanlah yang membuat prakarsa, manusia menerima. Kita dibaptis bukan karena prestasi iman. Baptisan bukan hasil pertobatan kita melainkan hasil anugerah Allah.

Pembaptisan Yesus yang ditulis dalam Injil Matius memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan kesaksian dari Injil Markus, Lukas, dan Yohanes. Dari antara semua kekhasan itu terdapat benang merah yang sama yaitu permintaan Yesus untuk dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis. Kekhasan pertama dari kisah pembaptisan Yesus dalam Injil Matius adalah dialog antara Yesus dengan Yohanes Pembaptis sebagaimana terdapat pada ayat 14-15. Barbara E.Reid menafsirkan dialog itu sebagai sebuah jawaban terhadap jemaat perdana yang mengalami kesulitan menerima fakta bahwa Yesus menerima baptisan sebagaimana yang diwartakan oleh Yohanes. Masalah pertama, jika Yesus lebih besar dari Yohanes (sebagaimana dikatakan Yohanes pada ayat 11), mengapa di sini Yesus tampil sebagai yang lebih rendah?

Masalah kedua: kalau orang Kristen percaya bahwa Yesus tidak berdosa sejak dari kelahiran-Nya, mengapa Dia menjalani baptisan Yohanes? Sementara baptisan yang disampaikan Yohanes adalah untuk pertobatan. Barbara menyebutkan bahwa melalui dialog antara Yesus dan Yohanes Pembaptis sebenarnya terdapat jawaban. Ada dua kata kunci Matius, yaitu “Penggenapan” dan “Kebenaran” (ay. 15). Bagi orang Israel, tema penggenapan merupakan tema yang penting. Yesus adalah penggenapan perjanjian Allah. Matius pernah memperkenalkan tema kebenaran ketika menyebut Yesus sebagai “orang benar” (Mat. 1:19). Saat ini Matius menegaskan perihal kebenaran Yesus. Dalam persepektif orang Yahudi, kebenaran itu dicapai melalui kesetiaan pada tuntunan perjanjian yang dalam injil Matius dipenuhi dalam Yesus (Matius 5:17-20).

Sesudah Yesus dibaptiskan, langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Datangnya Roh Allah merupakan tanda bahwa Ia adalah Mesias. Hadirnya Roh juga menggenapi pernyataan Yohanes yang mengatakan, “Aku membaptis dengan air… Ia akan datang membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat. 3:11). Air sebagai tanda pembersihan badan, api adalah tanda pembersihan batin, sehingga mereka yang mengalaminya hidup dalam perubahan batin yaitu hidup sesuai kehendak Allah.

Setelah Roh Allah turun ke atas-Nya, terdengar pula suara dari sorga, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:17). Matius menyampaikan “Inilah Anak…” sementara Markus dan Lukas menyampaikan, “Engkaulah Anak….” Markus dan Lukas hendak menyampaikan pengalaman batin Yesus ketika Ia dibaptiskan. Sementara dengan menggunakan kata “Inilah…”, Matius menyatakan bahwa baptisan merupakan proklamasi Allah tentang Yesus melalui baptisan-Nya. Pengalaman Yesus sebagai yang dikasihi Allah adalah pengalaman semua orang untuk mengalami kasih-Nya. Kehadiran Yesus adalah kehadiran untuk banyak orang seperti yang sudah dijalani-Nya di kampung Nazaret. Ia semakin diteguhkan untuk memberitakan pengharapan kepada yang sedih, menderita, sendiri, sakit, dan memerlukan bantuan. Saat ini Ia juga hadir secara nyata melalui orang-orang yang dikasihi-Nya.

Baptisan Yesus yang memproklamasikan kerendahan hati Yesus serta kasih yang mempersatukan antara Bapa dan Anak. Kasih itu membuat umat beroleh kasih Allah, sehingga dalam baptisan umat mengalami anugerah Allah.

Pembaptisan tanpa Pemulihan: Mungkinkah? Tema ini menantang kita untuk merefleksikannya dengan berlandaskan sabda Allah sebagaimana bacaan leksionari hari ini. Dengan melihat peristiwa Yesus di sungai Yordan, berita firman Tuhan diarahkan pada kekuatan cinta Allah. Cinta membuat Yesus merendahkan diri dan meminta dibaptis. Cinta Sang Bapa menjadikan-Nya memproklamirkan siapakah Yesus itu. Karena cinta itulah baptisan diberikan pada kita sebagai anugerah. Karena cinta Allah juga Petrus mengalami pemulihan melalui peristiwa pembaptisan Kornelius. Sikap tertutup pada yang berbeda diubah menjadi keterbukaan. Dengan demikian merayakan pembaptisan kita bermakna merayakan anugerah Allah. Perayaan anugerah Allah menjadi bermakna ketika diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kehidupan penuh cinta pada sesama dan semua ciptaan Allah. Amin.

Bagikan :



Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agenda Kegiatan

Ibadah Minggu Online : Setiap Hari Minggu jam 08.00 WIB livestreaming di channel Youtube GKJ Wonosari Gunungkidul dan Radio Swara Dhaksinarga 89,9 FM

Persekutuan Doa Rabu Pagi : Setiap Hari Rabu jam 04.30 WIB di Gedung Gereja