Home » Renungan (Page 13)
Category Archives: Renungan
Indahnya Berbagi Pengampunan
Lukas 6:27-38
Mengampuni bagi banyak orang bukanlah suatu perkara yang mudah. Ketika kita disakiti, dikecewakan, difitnah, dan dilukai, terkadang bagi kita melepaskan pengampunan terasa begitu berat, maka dibutuhkan suatu sikap yang berani untuk dapat mengampuni satu sama lain. Bagi orang percaya mengampuni adalah suatu keharusan. Kitab Suci berulang kali menegaskan bagaimana kita harus dapat mengampuni.
Ajaran Tuhan Yesus dalam bagian ini merupakan ajaran yang penuh dengan kontrofersi dalam kehidupan, baik saat itu maupun saat ini. Bagaimana mungkin seseorang dapat mengasihi seseorang yang telah menyakiti atau melukai dirinya (yang identik dengan musuh)? Lalu mengasihi yang seperti apa yang anjurkan oleh Tuhan Yesus kepada muridNya? Pada ayat 27-31, kata kunci dalam bagian ini adalah “mengasihi musuh”. Mengasihi musuh bukan berarti mengasihi dengan kasih secara emosi, seperti menyukai musuh kita, melainkan menunjukkan perhatian dan keprihatinan yang tulus terhadap kebaikan dan keselamatan kekal mereka. Oleh sebab itu kata yang digunakan untuk kata mengasihi dalam bahasa Yunani menggunakan kata Agape. Menggambarkan suatu perasaan kasih yang dinyatakan dalam tindakan bukan berarti: berpangku tangan sementara para pelaku kejahatan terus-menerus melakukan perbuatan jahat mereka. Jika dipandang perlu demi kehormatan Allah, kebaikan atau keamanan orang lain, atau demi kebaikan akhir orang fasik itu, maka tindakan yang keras harus diambil untuk menghentikan kejahatan (lih. Mr 11:15; Yoh 2:13-17).
Keluarga Allah Yang Hidup Berkelimpahan
“Sangkul Sinangkul ing Bot Repot Lintas Generasi”
Dalam HUT ke-88 Sinode GKJ tahun 2019 ini, Bapelsin XXVII GKJ mengangkat tema: “Keluarga Allah yang Hidup Berkelimpahan” dengan sub tema: “Sangkul Sinangkul ing Bot Repot Lintas Generasi” (Galatia 6:2). Pemilihan tema dan subtema tersebut didasarkan pada dua hal, yaitu:
Pertama.
Tema HUT mengacu kepada tema besar pelayanan Sinode GKJ tahun 2016-2024 “Hidup Bersama dalam Keluarga Allah” (Living together in the household of God; Efesus 2:19-22).
Tema ini merupakan tema Sidang Raya ke-14 CCA (Christian Conferrence of Asia) dan Sidang Sinode XXVII GKJ di Lembang, Jawa Barat. Sebagai implementasi dari tema besar tersebut, secara khusus di tahun 2019, tema pelayanan yang dihidupi adalah “Hidup Bersama sebagai Anggota-anggota Keluarga Allah yang Berkelimpahan.” Inilah yang menjadi titik pijak penetapan tema HUT ke-88 Sinode GKJ di tahun 2019.
Siap Dipanggil Berkarya
1 Korintus 15:1-11; Lukas 5:1-11
Ibadah dan kegiatan rohani lainnya bisa menjadi rutinitas tanpa makna. Namun ketika Ibadah dan kegiatan rohani tersebut sungguh-sungguh dihayati maka akan menjadi perjumpaan spiritual dengan Tuhan. Orang yang mengalami perjumpaan spiritual dengan Tuhan pasti akan merasa terpanggil melayani. Orang tersebut tidak bisa tinggal diam karena ada panggilan yang kuat yang menggema didalam dirinya.Tuhan bisa saja bertindak tegas bagi umat yang senantiasa mengeraskan hati dan tegar tengkuk. Kondisi umat ketika Nabi Yesaya dipanggil menjadi pembelajaran supaya lebih peka mendengarkan suara Tuhan.
Banyak orang yang tidak mempercayai kebangkitan Yesus Kristus. Bukan hanya orang-orang dari agama lain, tetapi juga beberapa aliran Kristen, misalnya dosetisme yang meyakini bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh mati sehingga juga tidak sungguh-sungguh bangkit. Dari dulu ternyata kebangkitan Yesus sudah menjadi perdebatan. Tetapi kebenaran tidak dapat terus-menerus disembunyikan oleh manusia. Kebenaran harus dinyatakan, diberitakan, dan diungkapkan. Rasul Paulus menegaskan bahwa dirinya adalah saksi dari kebangkitan Yesus, sekalipun ia adalah yang terakhir dan banyak rasul-rasul lain yang telah memberitakan terlebih dahulu dan membuat banyak orang percaya. Sebelumnya Paulus adalah Saulus si penganiaya jemaat Tuhan yang tentu tidak percaya pada Injil Yesus Kristus. Namun kemudian karena karya Tuhan ia menjadi percaya dan menyerahkan hidupnya bagi pekerjaan pelayanan sebagai saksi kebangkitan Yesus.
Mengejar Kasih
(Lukas 4:21-30)
Setiap warga gereja sebenarnya dilengkapi dengan potensi masing-masing. Namun yang sering kali terjadi adalah jemaat memilih diam dan pasif, tidak memanfaatkan potensi itu. Tidak sedikit yang menolak ketika mendapatkan kesempatan untuk melayani Tuhan. Misalnya menolak ketika dijadikan Penatua/Diaken, Panitia, Guru Sekolah Minggu, dll.
Kecintaan kepada Tuhan dan sesama akan mendorong orang-orang percaya untuk berani menanggapi panggilan Tuhan. Ketika gereja membutuhkan maka ia akan merasa terpanggil dan terbeban untuk melayani Tuhan.
Berkarya Berlandaskan Firman
Lukas 4:14-21
Pengalaman menghayati hidup dalam penyertaan firman Tuhan dialami oleh seorang bernama Arabella Katherine “Kate” Hankey. Ia lahir 12 Januari 1834 di Clapham, Middlesex, Inggris dan meninggal pada tanggal 9 Mei 1911 di London, Inggris. Meski bukan seorang misionaris, Hankey senang memberitakan injil kepada pekerja-pekerja perempuan di pabrik. Ia sadar bahwa mereka yang bekerja di pabrik itu butuh penguatan dari Allah. Melalui Alkitab itulah mereka bisa bertahan dalam menghadapi kerasnya hidup. Ketika Hankey berumur 30 tahun ia mengalami sakit yang sangat serius dan ia disuruh oleh dokternya untuk beristirahat selama 20 bulan. Meskipun ia harus berbaring di atas ranjang selama itu ia tidak lantas berhenti dari “hobinya” tersebut. Dalam kondisi tersebut ia menulis puisi yang sangat panjang. Puisinya berisi tentang kerinduan dia dalam memberitakan kabar sukacita atau menuturkan cerita mulia yaitu Yesus dengan kemuliaan dan Kasih-Nya. Puisi Hankey terdiri atas 2 bagian yaitu “The Story Wanted” dan “The Story Told”. Dari puisi ini terciptalah sebuah lagu yaitu “I Love To Tell the Story” sekitar 10 bulan setelah puisi ini diselesaikan. Ia juga membuat nadanya meskipun mengalami beberapa koreksi ketika diiringi dengan musik. Inilah KJ 427:1