Home » Renungan (Page 16)
Category Archives: Renungan
Berbagi Hidup dengan Sesama
(Markus 12: 41-44)
Berbagi hidup dalam kelimpahan tentu lebih mudah daripada berbagi dalam kekurangan. Untuk bisa berbagi sekalipun diri sendiri berada dalam kekurangan dibutuhkan kesadaran bahwa berbagi sesuatu kepada orang lain tidak akan membuat kita rugi. Sebaliknya, kita justru akan mampu belajar tentang rasa syukur dan sikap murah hati. Di samping itu, Tuhan sang pemilik kehidupan pasti akan mencukupkan setiap kebutuhan kita, ketika kita mau berbagi hidup dengan orang lain. Tidak perlu menunggu kaya untuk berbagi, karena tak sedikit orang yang sudah memiliki banyak kekayaan justru sulit untuk berbagi. Oleh karena itu, gaya hidup berbagi perlu senantiasa dipelajari dan diupayakan. Termasuk ketika hidup kita sendiri masih berada di dalam kekurangan. Semangat untuk berbagi hidup dalam kondisi apapun terinspirasi oleh tindakan Allah sendiri yang telah berbagi hidup dengan manusia di dalam Yesus Kristus.
Pribadi Yang Mencintai Firman Tuhan
(Ibrani 9:11-14, Markus 12:28-34)
Hati nurani yang bersih, yang berasal dari Allah, adalah syarat utama yang perlu dimiliki setiap orang percaya untuk dapat mencintai Firman Tuhan dengan baik. Dan orang percaya yang mencintai Firman Tuhan karena hati nurani yang demikian akan membuat mereka menikmati kebahagiaan berupa: hidup yang tidak bercela, tidak akan mendapat malu, dapat bersyukur dengan hati jujur, dan tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan
Dalam Ibrani 9:11-14 menggambarkan peran Kristus sebagai Imam Besar. Sebagai Imam Besar, Kristus telah melintasi kemah yang lebih besar dan lebih sempurna. Dibanding dengan para imam pada umumnya yang masuk ke tempat kudus dengan membawa darah dari hewan yang dikurbankan, Kristus justru melakukan yang lebih baik, yaitu dengan membawa darah-Nya sendiri sebagai kurban persembahan. Mengapa darah Kristus dikatakan lebih baik dibanding dengan darah hewan kurban? Sebab darah hewan kurban hanya dapat menguduskan mereka yang najis secara lahiriah. Sedangkan darah Kristus justru sampai menguduskan hati nurani. Dengan hati nurani yang suci inilah manusia akan terhindar dari berbagai perbuatan yang sia-sia dan bahkan memampukan manusia untuk beribadah kepada Allah yang hidup. Dikaitkan sesuai tema khotbah, hati nurani yang bersih dan suci adalah prasyarat mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin mencintai Firman Tuhan. Atau dengan kata lain, kemampuan setiap orang dalam mencintai Firman Tuhan sangat ditentukan oleh seberapa bersih dan suci hati nuraninya. Sebab dengan hati nurani yang bersih seseorang akan mampu mendengar apa yang hendak Tuhan katakan dengan tajam.
Merengkuh Yang Lemah
Markus 10:46-52
Merengkuh, secara harafiah bermakna menarik (mendekatkan, meraih) arah ke dada (tubuh). Dari arti hafariah tersebut, kata merengkuh memiliki makna kesediaan aktif seseorang membuat orang lain berada di dalam dekapannya. Melalui dekapan, kehangatan dan kenyamanan dirasakan sehingga seseorang yang berada dalam rengkuhan merasa dirinya diterima, dimengerti dan dihargai. Penerimaan mendatangkan pemulihan dan semangat baru. Kisah Bartimeus disembuhkan oleh Yesus merupakan cerita tentang rengkuhan kasih-Nya pada yang lemah. Saat Bartimeus datang pada Yesus mohon pemulihan, banyak orang menolak kehadirannya. Namun tidak demikian dengan Yesus. Ia memberikan teladan merengkuh yang lemah. Rengkuhan-Nya mendatangkan pemulihan bagi Bartimeus. Buah dari pemulihan itu adalah ucapan syukurnya melalui tindakan nyata. Ia mengikut perjalanan Yesus.
Keluarga Yang Melayani
Markus 10: 35-45
Kedudukan merupakan salah satu dari sekian persoalan lain yang seringkali ditemukan dalam keluarga. Ketika seorang anggota keluarga merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain, maka tidak jarang ditemukan penindasan lalu muncul perlawanan. Hal ini bisa muncul karena ada nafsu yang menguasai demi memburu keuntungan, kenyamanan, sikap individualistis, dan ingin merasakan dicintai. Akibatnya, keluarga tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk saling melengkapi, melainkan menjadi tempat yang melelahkan, menyakitkan hati, dan tidak menyenangkan. Apakah keadaan demikian yang kita harapkan dalam keluarga? Tentu saja tidak. Keluarga seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi keluh kesah, pihak pertama yang memberikan pertolongan, dan sekaligus memberikan motivasi. Tema “Keluarga yang Melayani” menjadi sebuah oase bagi keluarga kristen untuk menemukan kembali spirit melayani. Melalui perenungan hari ini umat diajak untuk menghidupi spirit melayani yang dimulai dari keluarga.
Keluarga Yang Membawa Keadilan
Markus 10:17-31
Ibarat sebuah perjalanan hidup, maka keadilan tak hanya perlu dibela namun juga dibawa dalam kehidupan atau dihidupi. Dalam konteks ini diharapkan barangsiapa yang membawanya pasti ia memilikinya. Maksudnya, keadilan harus dimiliki dan senantiasa dihidupkan sehingga mampu dirasakan bagi orang lain. Maka keadilan yang berisikan nilai-nilai kemanusiaan itu harus disentuh dalam lingkup kasih Tuhan. Dari berbagai teks kita Minggu ini ditegaskan bahwa Tuhan adalah pembela keadilan, bahkan Tuhanlah Sang Pemilik Keadilan itu. Dan kita diutus-Nya sebagai orang-orang yang membawa keadilan di tengah-tengah kehidupan dunia. Yang itu harus dimulai dari keluarga. Oleh karena itu, mari menjadi keluarga yang membawa keadilan. Continue Reading →