Home » Renungan (Page 4)
Category Archives: Renungan
Berbagi Terang
Matius 2:1-12
Secara liturgis, ibadah minggu ini disebut sebagai minggu Epifani. Epifani berarti penampakan, kedatangan, kelihatan, membuat nyata, atau membuat jelas. Di minggu Epifani gereja merayakan Penampakan Tuhan. Maksudnya, Epifani yang dirayakan setelah natal memperjelas atau menampakkan hakikat Yesus. Di tempat terpencil bernama Betlehem, kehadiran Yesus inkarnasi Allah, terlihat jauh melampaui batas wilayah. Para Majus melihat terang bintang Timur, dituntun menjadi penyaksi Sang Terang yang terlahir. Hal ini mengingatkan gereja bahwa Kristus, Sang Terang, tak lagi ditempatkan di palungan atau altar gereja yang seolah jauh dari jangkauan pergumulan hidup. Dengan Epifani, umat justru melihat bahwa Terang Kristus harus bercahaya di luar gereja. Terang Kristus diwujudnyatakan umat percaya dalam keseharian melalui hal-hal sederhana yang memberikan pengharapan bagi mereka yang hidup dalam kegelapan.
Menjadi Pemulih
Matius 2 : 13-23
Peristiwa penyingkiran keluarga Yusuf ke Mesir adalah akibat situasi politik di negerinya. Herodes melakukan pembunuhan terhadap bayi-bayi karena ambisi berkuasa. Ambisi itu mematikan hati nurani. Matinya hati nurani menjadikannya menghalalkan segala cara termasuk melakukan tindakan kejam dengan cara membunuh anak-anak yang tidak berdaya.
Sikap Herodes berkebalikan dengan Yusuf dan Maria dan juga keluarga-keluarga lain dalam memilih jalan kehidupan. Perjumpaan dengan malaikat Tuhan dalam mimpi membuat Yusuf melakukan perintah Tuhan dengan membawa-Nya menyingkir ke Mesir. Pengungsian ke Mesir bukanlah hal yang menyenangkan. Berbagai risiko dihadapi dalam penyintasan itu. Namun jalan itu harus dipilih sebab jalan itu adalah satu-satunya jalan untuk memulihkan kehidupan yang ada di bawah bayang-bayang ancaman.
Imanuel : Pemenuhan Janji Pemulihan
(Matius 1:18-25)
Banyak hal yang membuat orang tidak sanggup dan tidak berani melangkah. Salah satunya adalah ketakutan. Setiap orang pernah merasa takut dan memiliki sumber ketakutannya masing-masing. Hanya saja, seringkali yang terjadi ketakutan membuat seseorang melakukan sesuatu yang di luar batas logika kewajaran. Karena itu muncul dalam dunia kedokteran kata fobia. Menurut Wikipedia, fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Menarik, ada perbedaan “bahasa” antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika, sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Ketika berbicara rasa, tentu saja pengalaman fobia setiap orang akhirnya menjadi berbeda-beda, walaupun dengan kasus yang sama.
Melihat Karya Pemulihan
Matius 11:2-11
Cara pandang dengan iman dan pengharapan adalah hal yang dikehendaki Tuhan bagi orang percaya dalam menjalani hidup. Cara pandang seperti itu tidak datang dengan sendirinya, tidak datang secara otomatis. Banyak komponen yang membangunnya supaya cara pandang tersebut sampai pada keyakinan bahwa Allah ikut berkarya dalam setiap keadaan. Mereka yang menginginkan cara pandang itu, perlu menyadari dibutuhkan perjuangan bahkan dengan mengorbankan banyak hal.Tapi satu hal yang perlu diyakini bahwa akan ada pemulihan di akhir setiap penderitaaan dan pengorbanan. Itu berarti orang percaya tetap perlu mempertahankan keyakinan dengan sungguh-sungguhwalaupun cobaan dan godaan silih berganti bak topan yang menerjang.
Tema kita “Melihat karya Pemulihan” merujuk pada tindakan Allah yang mengerjakan pemulihan dalam hidup kita. Pemulihan terjadi karena inisiatif dari pihak Allah, yang terlebih dahulu yang bertindak untuk kebaikan seluruh ciptaan. Allah terus menerus berinisiatif menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik, agar kedamaian dan kesejahteraan terjadi. Sebagai ciptaan Allah yang mulia, manusia turut dilibatkan Allah untuk menghadirkan pemulihan yang menyeluruh. Manusia yang diundang untuk terlibat dalam karya pemulihan adalah manusia yang mampu melihat karya Allah dalam kehidupannyasekalipun ada penderitaan yang mendera.
Kedatangan-Nya Membawa Pemulihan
Roma 15:4-13, Matius 3:1-12
Pemulihan terkadang dipahami layaknya orang yang sembuh dari sebuah penyakit. Misalnya ada seseorang yang mengalami pusing kepala. Kemudian orang tersebut memeriksakan diri ke dokter. Setelah itu dokter memberikan obat dan kemudian orang tersebut meminum obat dan beristirahat. Dengan cara itulah orang tersebut mengalami pemulihan dalam arti sembuh dari penyakit.
Jika kita lihat lebih luas lagi, pemulihan bukan sekedar berbicara mengenai kesembuhan fisik. Pemulihan juga bisa dipahami sebagai kesembuhan relasi sosial antar manusia dan seluruh ciptaan Tuhan. Pemulihan ini terjadi karena adanya luka-luka psikis yang membuat hubungan satu orang dengan orang yang lain menjadi berjarak dan enggan mengalami perjumpaan. Tak hanya hubungan antar personal, hubungan komunalpun bisa mengalami luka karena peristiwa yang tidak menyenangkan, termasuk terjadinya ketidakadilan dan kekacauan.