Home » Renungan (Page 7)
Category Archives: Renungan
Menjunjung Tinggi Laku Hidup Jujur
Lukas 16:1-13
Injil Lukas 16:1-13 berkisah tentang bendahara yang tidak jujur. Banyak orang bingung dengan kisah ini. Apalagi ketika membaca pernyataan, “Ikatlah persahabatan dengan menggunakan Mamon yang tidak jujur?” Apa maksud ‘Mamon yang tidak jujur’ di bagian ini? Apakah kita diizinkan memanfaatkan uang atau kekayaan dari cara-cara tidak benar? Kita akan menemukan jawab bila mencermati Lukas 16:1-13 secara teliti. Kisah ini terdiri dari dua bagian besar yaitu: perumpamaan (ayat 1-8) dan aplikasi dari perumpamaan itu (ayat 9-13). Dua bagian itu saling menjelaskan satu sama lain. Tindakan yang dipuji dari si tuan bukanlah ketidakjujurannya melainkan kecerdikannya. Ia cerdik mempersiapkan masa depan setelah nanti dipecat oleh tuannya dengan cara menjalin persahabatan, melepaskan bunga yang riba dan bermurah hati kepada banyak orang. Begitulah semestinya kehidupan umat Allah. Umat Allah sering kalah cerdik dalam mengelola kekayaan. Kekayaan itu sebenarnya ‘perkara-perkara kecil’ dalam hidup. Harta milik saat ini bukanlah harta sebenarnya. Kalau mengurus harta duniawi saja tidak bisa dipercaya, bagaimana mungkin bisa mengurus hal lain dengan jujur? Dengan demikian, kejujuran tetaplah menjadi bagian penting bagi semua orang. Tanpa kejujuran hidup akan dan pasti susah. Melalui pelayanan firman pada hari ini, umat diharap menjunjung tinggi nilai kejujuran serta mewujudkannya, sebab berani jujur hebat!
Merayakan Pengampunan Illahi Dalam Persekutuan
Lukas 15:1-10
BPK Gunung Mulia menerbitkan sebuah buku karangan Miroslav Volf, yang berjudul Exclusion and Embrace. Dalam buku tersebut penulis menjelaskan lebih dalam tentang arti ‘merangkul’. Disebutkan bahwa ada empat langkah ketika suatu proses rekonsiliasi terjadi, sebagai berikut :
1. Membuka Tangan
Rekonsiliasi terjadi bila ada seseorang yang berinisiatif. Membuka tangan berarti sebuah tanda mau terbuka pada sesama, tetapi sekaligus juga kesediaan untuk terluka. Bersedia malu kalau tidak ditanggapi. Pengampunan tidak akan terjadi bila tidak ada pihak yang mau membuka tangannya terlebih dahulu. Sama seperti Anak Allah yang menjadi manusia membuka diri pada dunia sebagai bukti kasih yang mau mengampuni. Harus ada yang berani berinisiatif.
Menjadi Murid Kristus
Lukas 14:25-33; Filemon 1:1-21
Istilah pengikut (follower) merupakan istilah yang populer di jagad media sosial saat ini. Semakin banyak pengikut di media sosial, akan menjadikan seseorang merasa terkenal, berarti, dihargai dan diakui keberadaannya di media sosial. Akan tetapi perlu disadari, ketika seseorang menjadi pengikut orang tertentu, bukan berarti sang pengikut tersebut mengikuti sepenuhnya segala perkataan, tingkah laku dan sikap hidup dari seseorang yang diikuti. Tak jarang, kegiatan saling mengikuti orang lain di media sosial hanyalah menjadi sebuah formalitas dan cara berinteraksi semata. Oleh karena itu, kita perlu memaknai kembali istilah “pengikut Kristus” yang juga telah populer di dalam Kekristenan. Menjadi pengikut Kristus tentu tidak cukup hanya menjadi formalitas di dalam kehidupan iman Kristen, tetapi harus menjadi sebuah laku hidup. Salah satu istilah yang patut untuk kembali dihayati di dalam kehidupan Kekristenan adalah menjadi “murid Kristus”. Sekalipun dalam hidup keseharian ada juga murid yang membangkang terhadap gurunya, namun di dalam kehidupan iman Kristen, setiap orang yang percaya kepada Kristus diajak untuk menjadi murid yang sejati yang senantiasa memiliki spiritualitas melekat kepada Kristus, Sang Guru Sejati.
Rendah Hati Sebagai Gaya Hidup
Lukas 14:1, 7-14
GKJ menghayati Bulan September sebagai Bulan Katekese Liturgi. Mengawali Bulan Katekese Liturgi ini warga GKJ diajak untuk menghayati tema perayaan iman “Tunjukkanlah Integritas, Bersikaplah Rendah Hati”. Tema ini sangat relevan untuk menolong setiap warga GKJ mewujudkan liturgi kehidupan di tengah kebersamaan sebagai satu bangsa besar yang majemuk. Liturgi tidak hanya berhenti pada ruang ibadah tetapi berlanjut dalam liturgi kehidupan nyata. Apalagi kita baru saja usai melaksanakan pesta demokrasi. Perbedaan pendapat, perbedaan pilihan dan perbedaan-perbedaan yang lain sering menjadi tantangan untuk mewujudkan kebersamaan ini. Ada godaan kecenderungan orang mengagungkan diri sendiri dan kelompok sebagai yang lebih unggul dibandingkan dengan yang lain. Oleh sebab itu penting bagi setiap orang untuk menjadikan sikap rendah hati sebagai gaya hidup. Tidak ada jalan lain selain bersikap rendah hati seorang terhadap yang lain, demi membangun kehidupan bersama yang beradab. Melalui ibadah ini umat diajak untuk mewujudkan hal tersebut.
Berkarya Bagi Negeri
Lukas 13:10-17; Ibrani 12:18-29
Dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara yang masih menghadapi banyak permasalahan sosial ekonomi, kemiskinan, kekerasan, perdagangan manusia (human trafficking), dll, gereja diundang untuk mewujudkan keterlibatannya mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Gereja sebagai kumpulan para murid Kristus tidak dapat hanya berpangku tangan, menjadi penonton dan sibuk dengan dirinya sendiri berupa ritual-ritual keagamaan saja. Gereja dipanggil untuk keluar, melakukan sesuatu yang membawa perubahan positif bagi kehidupan masyarakat kita.