Home » Renungan (Page 11)
Category Archives: Renungan
Perjumpaan yang Mengubah Arah Kehidupan
Kisah Para Rasul 9:1-20; Yohanes 21:1-19
Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang manusia mengalami ketegangan, baik dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, maupun dengan Tuhan. Ketegangan biasa terjadi karena kegagalan membangun relasi. Ketegangan antara manusia dengan Tuhan seringkali dirasakan karena manusia mengalami kegagalan dalam memahami karya Tuhan dalam hidupnya. Situasi ini kerap membuat manusia kehilangan motivasi mengucap syukur atas segala berkat Tuhan. Akibatnya, manusia cenderung mengklaim diri sebagai yang paling benar dan sanggup mengorbankan kehidupan orang lain demi apa yang dipahami. Di lain sisi manusia bersikap pragmatis, yaitu tidak setia akan perintah Tuhan karena lebih memikirkan dan melakukan sesuatu yang berorientasi pada kefanaan semata.
Bersandar Pada Pemeliharaan-Nya
(Yohanes 20:19-31)
Menjalani kehidupan sebagai umat pilihan Allah membutuhkan ketaatan dan kesetiaan. Kehidupan umat tidak selalu berada pada kemudahan dan keberhasilan. Umat sering diperhadapkan pada ancaman dan kesulitan sebagai ujian seberapa taat dan setia mereka. Tuhan Yesus, Para Rasul dan Pemazmur menjalani kisahnya masing- masing. Mereka menjalani peran masing-masing sesuai penugasan yang diberikan Allah. Para Rasul harus mempertanggungjawabkan pewartaan tentang kebangkitan Kristus di hadapan Mahkamah Agama. Para Rasul harus menghadapi ancaman yang menjurus pada kematian. Namun Para Rasul tidak gentar, mereka memiliki keberanian yang luar biasa dalam mempertahankan keyakinannya, bahkan mereka berani mengajak Imam Besar dan Mahkamah Agama dan seluruh umat Israel untuk bertobat dan menerima pengampunan dosa. Keberanian mereka adalah atas apa yang telah diteladankan Tuhan Yesus, yaitu kesetiaan dan ketaatan-Nya dalam melaksanakan misi penyelamatan. Tuhan Yesus dan Para Rasul menyakini akan karya pemeliharaan Allah kepada mereka yang diutus-Nya.
Persahabatan Yang Memberdayakan
Lukas 24:13-49
Adalah hal menarik jika Paskah tahun ini diadakan bertepatan dengan hari Kartini. R.A. Kartini dikenang sebagai pemberdaya perempuan, yang pada waktu itu terpinggirkan. Pemikiran Kartini yang memberdayakan perempuan nampak dalam kumpulan surat-suratnya yang kemudian diterbitkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Th. Sumartana, teolog yang banyak berkecimpung dalam dialog lintas iman, memasukkan pergumulan Kartini dalam salah satu bab disertasinya yang berjudul: Mission at the Crossroads (diterbitkan BPK Gunung Mulia, 1991). Menariknya, peminggiran itu, bagi Kartini, dilakukan juga melalui ajaran agama.
DamaiMu, Jembatan Dunia!
Lukas 19 : 28 – 40
Konflik identitas selalu marak dalam sepanjang nafas hidup manusia. Setiap manusia membawa begitu banyak identitas, seperti laki-perempuan, kaya-miskin, kristen-nonkristen, tua-muda, janda-duda, menikah-single, suku A-suku B, dan sebagainya. Identitas itu ada yang melekat dari lahir dan ada yang melekat karena pilihan. Identitas suku dan jenis kelamin adalah identitas yang terbawa karena kelahiran. Namun kaya-miskin, agama A atau B, janda-duda, dan sebagainya adalah identitas yang lebih mudah berubah.
Dalam sejarahnya, seringkali identitas-identitas ini membawa kehancuran kehidupan bersama di muka bumi. Adalah kenyataan jika pengelompokan/pengutuban identitas ini akan membawa ketegangan-ketegangan yang menyedihkan bagi kehidupan manusia. Jurang yang lebar dan menganga lahir karena pandangan sempit tentang identitasnya sendiri dan memandang identitas lainnya adalah musuhnya.
Cinta Kristus : Daya Gerak Solidaritas
Filipi 3: 4-14, Yohanes 12:1-8
Ada orang yang berpendapat bahwa memiliki relasi mendalam dengan Tuhan secara personal bisa membuat kita menjadi kurang peduli dengan sesama yang membutuhkan. Benarkah? Mungkin bisa saja demikian. Namun bukankah seharusnya cinta kepada Kristus secara personal justru mendorong rasa sayang kita kepada ciptaan-Nya? Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa sekarang ini banyak orang hanya beragama secara ritual semata namun tanpa hasrat kuat untuk berelasi dengan Tuhan. Benarkah demikian? Mungkin saja.
Melalui refleksi atas cinta Maria dan Paulus kepada Yesus dalam bacaan kita saat ini, kita belajar tentang betapa besarnya cinta ilahi kepada mereka serta betapa besarnya cinta mereka kepada Tuhan! Selanjutnya, cinta mereka tidak menghambat cinta kepada sesama namun justru meneguhkannya!